19 Oktober 2008

IMAN YANG BERTAHAN DAN YANG TIDAK TERPENGARUH KEADAAN

Ringkasan Khotbah Ibadah ke-1, Minggu, 10 Agustus 2008
“IMAN YANG BERTAHAN DAN YANG TIDAK TERPENGARUH KEADAAN”
Oleh : Pdt R. Tim Kastanya
Ayat Pokok : Kejadian 6 : 22

Pada ibadah Minggu lalu kita bisa belajar meneladani dari dua sikap iman Nuh yaitu Iman menerima Firman Tuhan apa adanya dan iman yang disertai ketaatan. Saat ini kita akan belajar dua sikap iman Nuh yang lain yang dapat menjadi teladan bagi kita, umat Tuhan yang hidup di zaman sekarang ini.

Pada Zaman Nuh, kondisi di sekeliling Nuh sudah terjadi kemerosotan moral yang disebabkan oleh kemerosotan rohani, semua manusia di bumi telah jahat dimata Tuhan. Sebelum Allah menghukum bumi dengan air bah, Allah mempersiapkan Nuh dan keluarganya agar luput dari penghukuman tersebut dengan cara memerintahkan Nuh untuk membuat bahtera diatas Gunung Ararat. Biasanya orang membuat perahu atau bahtera di tepi pantai, tetapi Nuh di atas gunung. Nuh tetap melakukan hal yang menurut kebanyakan orang seperti hal yang ganjil. Ini bukti Nuh memiliki ketaatan tanpa ada paksaan. Ada orang yang sudah bertobat dari kehidupan lama yang tak berkenan, tetapi ia tidak mau hidup dalam kebenaran / tidak melakukan kebenaran dengan taat. Ada 2 aspek keselamatan, yaitu :

1. Pada waktu kita pertama kali bertobat, yaitu ketika kita menerima Yesus sebagai Juru Selamat. Pada saat itulah kita disebut sebagai anak-anak Allah. Keselamatan yang Tuhan beri dengan cuma-cuma merupakan Anugerah keselamatan bagi orang yang percaya.

2. Setelah kita bertobat, diperlukan praktek, dan tindakan iman, yaitu meninggalkan kehidupan lama dan masuk ke dalam kehidupan yang baru. Hidup baru adalah hidup yang seturut dengan kehendak Tuhan sehingga hidup kita dapat terus layak sampai kita masuk kedalam kehidupan Allah yang kekal.

Nuh melakukan tindakan iman dalam pengiringannya kepada Tuhan. Iman yang perlu diteladani dari Nuh adalah :

1. Iman Nuh yang mengalahkan cemoohan.

Nuh tidak menghiraukan cemoohan orang-orang pada saat ia membangun bahtera. Menurut kenyataan yang dilihat memang keadaan alam pada saat itu baik-baik saja, tidak ada tanda-tanda akan turun air bah. Nuh mengerjakan bahtera dengan penuh ketekunan, walaupun ia seorang petani yang bukanlah seorang ahli membangun. Nuh membangun bahtera sambil berkhotbah memperingati semua orang untuk bertobat, tetapi hanyalah ejekan dan penghinaan yang diterima oleh Nuh. Hal itu tidak mempengaruhi sikap iman Nuh kepada Allah. Iman yang yang dimiliki Nuh tidaklah dipengaruhi oleh keadaan dan situasi apapun. Bagaimana dengan kita? Apakah kita masih dapat mempertahankan iman kita di tengah-tengah lingkungan yang tidak mendukung. Iman kita akan dapat teruji dari setiap tekanan yang terjadi dalam hidup kita. Jika tekanan membuat iman kita menjadi lemah, berarti iman kita masih dapat terpengaruh oleh keadaan atau lingkungan. Iman yang timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan haruslah dipelihara dengan melakukan tindakan iman. Suatu pengetahuan yang tidak dipraktekkan atau digunakan seringkali dikatakan “mubazir” (sia-sia).

Dalam Lukas 17 : 26, dan 27, mengatakan bahwa keadaan zaman sekarang ini akan seperti keadaan pada zaman Nuh, dimana kemerosotan moral, dan kejahatan terjadi. Perbedaannya adalah pada zaman Nuh, bumi dihukum dengan air bah, sedangkan di zaman akhir ini bumi akan dihukum dengan api belerang. Milikilah iman yang tidak tepengaruh dengan tekananan apapun. Ada kesaksian dari seorang ibu yang mengalami tekanan dari suaminya. Perlakuan kasar suaminya tidak membuat ia menjadi tawar hati, justru ia tetap menerapkan kasih kepada suaminya, sampai pada akhirnya suaminya dapat dimenangkan. Hidup suaminya menjadi berubah, karena iman yang teguh dari ibu ini. Iman yang teguh ini tidak saja menyelamatkan ibu ini, tetapi suaminya juga.

2. Iman Nuh adalah iman yang bertahan, bukan semusim.

Iman Nuh tetap bertahan dalam tekanan-tekanan selama kurun waktu 120 tahun dalam pembuatan bahtera. Ketahanan imannya terbentuk karena ia seorang yang taat kepada semua Firman Tuhan. Langkah awal adalah hal yang penting, tetapi langkah akhirlah yang menentukan kita selamat atau tidak. Iman yang bertahan tidaklah terpengaruh oleh kurun waktu tekanan yang panjang sekalipun. Iman yang semusim tidaklah menjamin seorang percaya dapat selamat. Kita harus percaya kepada kasih Allah lewat pengorbanan Yesus di Salib. Jika Ia sudah mati untuk keselamatan jiwa kita, ia sanggup memelihara hidup kita jika kita mau dalam kehendakNya.

Sekarang anak-anak Tuhan diperhadapkan dengan ramalan-ramalan peramal di televisi, majalah, internet, dan media-media lain. Jangan sampai iman kita terpengaruh dengan ramalan-ramalan yang tanpa kita sadari membawa kita semakin jauh dari kehendak Tuhan. Mempercayai ramalan-ramalan adalah suatu hal yang menggambarkan sesorang meragukan kuasa Allah dan imannya kepada Allah mulai goyah. Praktek-praktek perdukunan dan okultisme akan mengikat kita, dan mematikan iman kita kepada Tuhan, yang pada akhirnya membawa kebinasaan hidup kita. Keselamatan itu harus dipertahankan dengan iman, seperti Nuh ia dan keluarganya selamat karena tindakan iman Nuh. Dari kehidupan iman Nuh kita dapat belajar agar kita memiliki iman seperti Nuh, yaitu :

1. Iman yang menerima Firman Tuhan apa adanya.

2. Iman Nuh disertai dengan ketaatan.

3. Iman Nuh, iman yang dapat mengatasi cemoohan.

4. Iman Nuh adalah iman yang bertahan.

Berjuanglah untuk sampai kepada keselamatan yang kekal dengan iman yang teguh. Keselamatan memang kita dapat cuma-cuma, tetapi keselamatan yang sudah kita terima harus dipertahankan dengan iman yang teguh sampai akhir hidup kita atau sampai MARANATHA, Yesus datang kembali ke dunia. Tuhan Yesus menolong kita orang yang beriman!

10 Agustus 2008

KETAATAN ADALAH BUKTI DARI IMAN

Ringkasan Khotbah Ibadah Raya, Minggu, 3 Agustus 2008
KETAATAN ADALAH BUKTI DARI IMAN
Ayat Pokok : Ibrani 11 : 7
Oleh :
Bpk. Pdt R.Tim Kastanya

Kita bisa sama-sama belajar dari kehidupan Nuh, dimana ia disebut sebagai tokoh iman atau Pahlawan iman. Didalam kitab Kejadian 6: 8 – 17, kita dapat tarik pelajaran bagaimana Nuh memiliki iman yang teguh, ia taat kepada perintah Tuhan sehingga dikatakan ia seorang yang berkenan di mata Tuhan. Iman yang dimiliki Nuh bukan hanya mendengar Perintah Tuhan saja, tetapi ia melakukan perintah atau apa yang difirmankan Tuhan. Ketaatan Nuh kepada Tuhan ditunjukkan dari ia melakukan segala Firman Tuhan tanpa pilih-pilih, apa adanya, tidak ada perbantahan. Seringkali kita yang disebut orang percaya masih memilih milih untuk melakukan Firman Tuhan yang sesuai dengan perasaan atau akal pikiran kita saja. Ketika Firman Tuhan datang yang menyenangkan bagi hati kita, kita masih mau melakukannya, tetapi saat Firman Tuhan datang dengan tegas dan keras terkadang kita menolaknya baik secara halus atau terang-terangan. Ketika kita menolak Firman Tuhan dan mengangap pendapat kita yang benar, berarti kita bukanlah seorang yang taat kepada Tuhan secara total.

Pada zaman Nuh hidup, seluruh manusia di bumi dikatakan sudah rusak berat, sarat dengan dosa dan kejahatan. Setiap perilaku manusia pada saat itu cenderung membuahkan kejahatan. Allah bertindak menghukum bumi dengan menurunkan hujan air bah untuk memusnahkan semua mahluk yang ada di permukaan bumi yang sudah rusak karena dosa. Tindakan Allah untuk menghukum dunia tentunya tidak langsung Allah kerjakan, Ia masih memberi kesempatan kepada manusia untuk berbalik dari jalan yang jahat kembali kepada Allah. Nuh adalah orang yang hidup berkenan dihadapan Tuhan. Nuh memperingatkan orang-orang disekitarnya untuk bertobat, kembali kepada Allah. Dalam Kejadian 6 : 9, Nuh mendapat Kasih karunia dimata Tuhan. Tuhan memperhatikan Nuh dan keluarganya dari antara semua makhluk di bumi, Karena Nuh hidup berkenan dimata Tuhan. Sebab itu saudara yang terbilang sebagai kepala rumah tangga berperan sebagai imam dalam keluarga. Jika saudara hidup berkenan dihadapan Allah yaitu mau taat kepada kehendak Allah, maka Allah akan meluputkan dari malapetaka bukan saja secara pribadi tetapi seluruh keluarga pun akan diselamatkan.

Keadaan dunia pada saat ini seperti keadaan zaman Nuh hidup, dimana terjadi kriris diberbagai bidang kehidupan. Karena sulitnya mempertahankan hidup banyak orang mengalami keputusaan, sampai nekad mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Krisis moral terjadi dimana-mana, gaya hidup yang bebas mulai dari kalangan remaja sampai kalangan yang sudah berumah tangga yaitu sex bebas. Kita memang hidup di zaman yang sulit, dimana dunia semakin jahat, umat Tuhan harus memiliki iman yang teguh untuk dapat melawan arus dunia ini. Seperti Nuh, ia dapat hidup berkenan karena ia berani melawan arus dunia, disaat orang lain hidup memuaskan hawa nafsu, ia tetap mempertahankan hidupnya berkenan kepada Tuhan. Pada saat itu Nuh diperintahkan Tuhan untuk membuat bahtera dan ia taat mau melakukannya maka dibuatnya bahtera sesuai yang Tuhan inginkan. Walaupun banyak orang berpendapat buruk, menghina apa yang diperbuat Nuh, ia tetap melakukan kehendak Tuhan. Nuh percaya kepada Tuhan sehingga ia tidak terpengaruh dengan suara sumbang orang-orang yang disekitarnya. Kalau Nuh memakai akal atau logikanya, bisa saja ia dapat menjadi tidak percaya kepada Tuhan, karena pada saat itu keadaan baik-baik saja. Nuh juga sebenarnya dapat saja berdalih ia tidak bisa membangun bahtera, karena dia bukan seorang ahli membangun atau tukang kayu tetapi ia seorang petani, dan fisiknya sudah semakin lemah karena ia berumur 480 tahun pada saat itu. Tetapi keadaan tidak mempengaruhi keyakinannya kepada Firman Tuhan, sehingga ia dan keluarganya menjadi yang satu-satunya selamat dari Air Bah.

Ada pelajaran yang dapat kita ambil dari kehidupan Nuh :

1. Nuh memiliki iman menerima Firman Tuhan apa adanya

Dalam Kejadian 6 : 22, “Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.

Nuh melakukan tepat apa yang Tuhan inginkan. Inilah yang dinamakan iman yang disertai tindakan, Nuh tidak sekedar mau mendengar saja, tetapi mau melakukannya dengan tepat. Dalam Ibrani 11:7, mengatakan bahwa ia melakukan setiap petunjuk Allah untuk membangun bahtera, walaupun ia tidak tahu air bah pasti akan terjadi. Nuh yakin Allah memberi perintah untuk kebaikannya dan keluarganya. Ia dengan tekun membangun bahtera selama jangka waktu yang tidak singkat, yaitu selama 120 tahun. Jangka waktu ini diambil dari 600 tahun usia Nuh saat air bah turun dikurangi 480 tahun usia Nuh waktu mulai membuat bahtera. Dalam jangka waktu yang panjang ini, Nuh memperingati orang-orang yang ada disekitarnya dengan memberitakan Firman Tuhan supaya mereka semua dapat bertobat dari kejahatan yang mereka lakukan. Walaupun ia ditolak oleh orang banyak, tetapi ia tetap setia melakukan semua itu.

Bagaimana dengan kehidupan kita, apakah kita menerima Firman Tuhan apa adanya seperti Nuh? Jika kita mau menerima setiap Firman Tuhan tanpa perbantahan atau dalih, maka kita akan mendapat kasih karunia di mata Tuhan dan memilki iman yang teguh.

2. Nuh memiliki ketaatan

Iman Nuh yang tetap kuat dan tetap bertumbuh terbentuk karena ia setia melakukan Firman Tuhan. Ketaatannya kepada setiap perintah tidaklah pilah-pilih untuk menyenangkan dagingnya saja, tetapi sampai hal yang sebenarnya tidak ia inginkan. Jika kita mau hidup kita dan keluarga kita selamat dan bahagia di sepanjang perjalanan hidup kita, lakukanlah setiap Firman Tuhan yang datang kepada kita. Ketaatan yang dinginkan Tuhan adalah ketaatan yang tulus, bukan karena keterpaksaan supaya kita memiliki ketentraman dan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Seringkali Firman Tuhan datang bertentangan dengan daging kita yang pada dasarnya selalu ingin yang menyenangkan hati. Contohnya Firman Tuhan dalam Matius 5 : 39, kita tidak boleh membalas kejahatan yang orang lain perbuat kepada kita. Tuhan juga mengajar kita harus melepaskan pengampunan (Markus 11 : 25, Kolose 3 : 13). Amsal 3 : 9-10, kita harus menghormati dan memuliakan Tuhan dengan harta (apa yang kita miliki) dan hasil pertama dari segala penghasilan kita, maka hidup kita dilimpahi dengan segala berkatNya

Allah menghendaki kita menerima keselamatan dan kebahagiaan ditengah-tengah dunia yang semakin jahat, bahkan supaya kita selamat sampai di Sorga. Tanggalkan seluruh kehidupan lama kita, berjalanlah dalam Terang Allah yaitu dalam Firman dan Roh Kudus dengan hati yang taat, maka kita akan memiliki iman yang teguh dalam mengiring Tuhan. Tuhan Yesus memberkati kita yang setia melakukan kehendaknya!

PELAYANAN SECARA VERTIKAL DAN HORIZONTAL

Ringkasan Khotbah Minggu, 27 Juli 2008
PELAYANAN SECARA VERTIKAL DAN HORIZONTAL
Ayat Pokok : Filipi 2 : 12 - 18
Pembicara :
Pdt. Rudy Makal

Kita patut bersyukur buat karya Allah yang Luar biasa dalam kehidupan kita sebagai orang- orang percaya, bahwa Tuhan sudah menebus kita dari segala dosa sehingga kita beroleh keselamatan yang kekal. Keselamatan yang sudah kita terima harus kita pertahankan dan kerjakan sepanjang hidup kita. Umat tebusanNya ditempatkan Tuhan dalam jemaat lokal agar dapat melayani Tuhan dan sesama. Allah mempercayakan talenta dan karunia yang berbeda-beda kepada tiap orang percaya dan tidak ada satupun orang yang tidak memiliki talenta. Hidup yang telah ditebus ini harus dipakai untuk melayani Tuhan dan sesama. Pelayanan merupakan bentuk pengabdian kita kepada Tuhan. Setiap talenta yang Tuhan berikan, kita persembahkan untuk melayani Tuhan. Ada orang yang dapat menyanyi (Singers / Song leader), berkhotbah, memainkan alat musik, dan masih banyak yang lain. Tidak semua pelayanan itu yang terlihat oleh mata saja, tetapi berdoa secara tersembunyi pun adalah bentuk pelayanan, demikian pula menbantu orang dalam kesusahan. Semua kepercayaan yang Tuhan berikan adalah untuk kepentingan membangun tubuh Kristus yaitu gerejaNya. Kemampuan yang Tuhan berikan harus dipakai dan dikerjakan agar anak- anak Tuhan dapat saling melengkapi satu sama lain.

Rasul Paulus mengabdikan seluruh kehidupannya untuk melayani Tuhan. Ini dapat kita lihat dalam pernyataannya di dalam ayat 17, “Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian.”

Paulus tahu dengan benar keberadaan dirinya adalah untuk melayani Tuhan dan sesama. Dahulunya Paulus adalah seorang pembunuh dan membinasakan orang – orang Kristen, tetapi Tuhan menangkap dia dan menyelamatkan dia. Setelah ia diselamatkan, Tuhan menempatkan dia dalam pelayanan dan ia menjadi pelayan Tuhan yang kuat dan tangguh. Paulus memang orang yang mempunyai prinsip yang kuat, sehingga pada waktu ia bertobat pun ia mempunyai prinsip yang kuat di dalam Tuhan. Ketika Paulus di dalam penjara imannya tidak ikut terpenjara, semangat dalam melayani Tuhan tetap berkobar, bahkan sampai kematiannya tiba.

Paulus memberi pernyataan bahwa bagaimana pelayanan yang diinginkan Tuhan. Pelayanan adalah :

1. Terarah kepada Tuhan ( ayat 12 )

Kita harus sadari bahwa pelayanan kita seluruhnya harus terarah kepada Tuhan. Segala sesuatu untuk kemuliaan Nama Tuhan. Kita harus taat kepada setiap perkataan FirmanNya. Kita tidak perlu melawan / menyanggah FirmanNya, Karena FirmanNya adalah benar. Firman Tuhan itu bukan untuk diperdebatkan, tetapi harus diimani dan perintahNya harus dikerjakan. Hidup kita akan diberkati jika kita melakukan kehendakNya dengan sungguh-sungguh, tanpa perbantahan. Dalam Ibrani 10 : 25 , kita tidak boleh menjauhkan diri dari pertemuan – pertemuan ibadah, kita harus semakin giat beribadah dan melayani. Membayar persepuluhan adalah tanggung jawab setiap umat ketebusannya, yaitu mengembalikan apa yang menjadi milik Tuhan. Tidak membayar berarti kita mencuri apa yang menjadi bagian Tuhan. Persepuluhan adalah ukuran minimal kepatuhan kita kepada Tuhan. Semua hal jika kita lakukan tertuju kepada Tuhan, Tuhan akan memperhatikannya, dan Tuhan akan memberkati kita. Segala usaha kita tidak akan pernah sia - sia dihadapan Tuhan.

2. Pelayanan kepada sesama

Kita ditempatkan dalam jemaat lokal bukan untuk berdiam diri, tetapi untuk saling membangun. Oleh sebab itu Tuhan memberikan talenta yang berbeda kepada setiap orang, untuk dapat saling melengkapi. Dalam Galatia 6 : 1-2 : “Saudara- saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan, bertolong-tolonglah dalam menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.”

Melayani kepada saudara seiman adalah wujud pelayanan kita kepada Allah. Kita tidak mungkin berkenan kepada Allah jika kita membenci saudara kita. Mengasihi Tuhan berarti mengasihi sesama juga, jika kita membenci saudara kita berarti kita belum mengasihi Tuhan dengan sungguh- sungguh. Allah menginginkan kebersamaan dan kerukunan umat-umatNya, kemerdekaan kita adalah kemerdekan bersama. Kita harus saling menolong satu sama lain, karena kita memiliki kekurangan, dan kelebihan masing-masing. Sekalipun pertolongan yang kita berikan tidak mendapat perhatian atau tidak ada respek yang baik, kita harus tetap berbuat baik, semua kita lakukan oleh karena kita mengasihi Tuhan.

3. Pelayanan kepada dunia ( ayat 15 )

Dunia yang dimaksud disini adalah orang- orang yang belum percaya kepada Tuhan. Kita harus menjadi berkat bagi orang - orang yang belum mengenal Tuhan. Kehidupan kita dapat menjadi saksi bahwa Tuhan menjamin dan memelihara orang - orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Jika hidup kita berkenan kepada Tuhan, maka kita akan menjadi terang bagi dunia yang diliputi oleh kegelapan. Banyak orang yang kelihatannya rohani didalam gereja, tetapi diluar tidak. Masih banyak orang yang menyebut dirinya Kristen, tapi hidupnya tidak mencerminkan Kristus ada dalam dirinya. Kehidupan orang percaya adalah kehidupan pelayanan kepada Tuhan. Jika kita ada didalam “TERANG” yang sesungguhnya yaitu Tuhan kita Tuhan Yesus Kristus, maka kita akan menjadi terangNya Allah di dalam dunia, sehingga banyak orang akan datang kepada Tuhan.

Kita dapat mengikuti teladan yang baik dari Kehidupan Paulus, dimana kehidupannya dipersembahkan kepada Tuhan. Pelayanannya kepada Tuhan didasarkan karena ia menyadari Tuhan sudah menyelamatkan hidupnya. Kasihnya kepada Tuhan dibuktikan dalam pernyataaan “sekalipun darahku dicurahkan…”. Pengabdian Paulus kepada Tuhan ditunjukkan dalam pelayanannya kepada sesama dan kepada dunia. Tuhan sudah lebih dahulu melayani kita, layanilah Tuhan dengan segenap hidup kita. Tuhan Yesus memberkati kita yang dengan penuh kasih melayaniNya.

ORANG YANG BERIMAN ADALAH SAHABAT ALLAH

Ringkasan Khotbah Umum I [Minggu, 20 Juli 2008]
ORANG YANG BERIMAN ADALAH SAHABAT ALLAH
Ayat pokok : Yakobus 2 : 23
Pembicara : Pdt. Benny Tambuwun

Ayat pokok: Yakobus 2 : 23

Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah."

Jika suatu kondisi terjadi, maka akan ada akibat yang mengikutinya. Pada ayat pokok tersebut kondisi yang terjadi adalah Abraham percaya kepada Allah dan ada akibat yang terjadi yaitu Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran, dan karena itu Abraham disebut Sahabat Allah.

Ayat pokok tersebut pertama kali muncul di Kejadian 15 : 6, ”Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”. Dalam ayat yang pertama kali muncul itu, Abraham tidak disebut sebagai sahabat Allah, namun Yakobus sebagai hamba Tuhan mencantumkan Abraham sebagai sahabat Allah. Yang pertama kali menyebutkan bahwa Abraham adalah sahabat Allah diungkapkan oleh raja Yosafat dalam doanya kepada Tuhan saat ia dalam ketakutan karena serangan dari bani Moab dan bani Amon. Jadi Yosafat mengingatkan Allah bahwa bangsa Israel bisa menempati tanah Kanaan karena kemurahan Tuhan.

II Tawarikh 20 : 7,Bukankah Engkau Allah kami yang menghalau penduduk tanah ini dari depan umat-Mu Israel, dan memberikannya kepada keturunan Abraham, sahabat-Mu itu, untuk selama-lamanya?

Tuhan memperhitungkan sikap Abraham adalah sebagai suatu kebenaran pada saat Abraham percaya kepada Allah walaupun ada masalah yang ia hadapi. Yosafat pun belajar percaya kepada Allah dalam menghadapi permasalahan. Sebagai orang yang belajar percaya ada pula saatnya ia menjadi lemah, karena waktu penantian yang panjang. Kejadian 15 : 3, ”Lagi kata Abram: "Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku."”. Pada ayat tersebut menunjukkan titik kegelisahaan Abram, namun Allah dengan tegas menjawab Abraham dalam Kejadian 15 : 4, ”Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: "Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu."” Kalau seseorang terus membangun sikap iman terhadap Tuhan walaupun ia mengalami kelemahan dalam titik tertentu, Tuhan akan menunjukkan sikapNya yaitu bahwa Ia akan menjadi sahabatnya.

Kualitas iman kepada Allah terbangun kalau seseorang lebih percaya kepada Tuhan daripada situasi dan kondisi yang dialami. Allah mengerti kalau ada kegalauan dalam hati Abraham. Allah mengambil sikap untuk mendatangi Abraham (Kejadian 15 : 1, ”Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar."”). Allah berkata bahwa ia adalah perisai terhadap Abraham. Allah sedang membangkitkan iman Abraham bahwa Allah ikut melindungi iman Abraham dalam memegang janji Tuhan.

Dikala seseorang sedang berani membangun sikap iman terhadap Allah, maka Allah akan menjaga dan melindungi iman mereka. Jika seseorang mengalami kelemahan pada saat membangun imannya, maka ia harus mengingat bahwa apapun yang terjadi Allah akan melindungi iman orang tersebut. Iman adalah sikap percaya kepada Allah secara total tanpa ada cadangan yang lain. Namun kenyataannya kadang kesulitan / permasalahan dapat menjadi kendala dalam mempertahankan iman kita kepada Tuhan. Allah berjanji akan bertanggung jawab untuk mempertahankan dan melindungi kita termasuk iman kita. Kita harus berusaha membangun iman yang tidak terpengaruh oleh lingkungan dan keadaan apapun. Iman yang tetap dan berkesinambungan inilah membuat Allah akan menganggap orang tersebut sebagai sahabat Allah.

Ulangan 33 : 29, ”Berbahagialah engkau, hai Israel; siapakah yang sama dengan engkau? Suatu bangsa yang diselamatkan oleh TUHAN, perisai pertolongan dan pedang kejayaanmu. Sebab itu musuhmu akan tunduk menjilat kepadamu, dan engkau akan berjejak di bukit-bukit mereka."

Dalam ayat pokok tersebut ditemukan ayat bahwa Allah adalah perisai pertolongan. Ayat dalam kitab Ulangan merupakan ayat kesimpulan atas apa yang telah dialami bangsa Israel. Kalau Tuhan bertindak sebagai perisai pertolongan terhadap bangsa Israel, itulah yang menjadi janji Allah kepada kita. Tuhan akan melindungi dan menolong kita apapun kondisi yang kita alami.

Ulangan 33 : 26 - 27, ”Tidak ada yang seperti Allah, hai Yesyurun. Ia berkendaraan melintasi langit sebagai penolongmu dan dalam kejayaan-Nya melintasi awan-awan. Allah yang abadi adalah tempat perlindunganmu, dan di bawahmu ada lengan-lengan yang kekal. Ia mengusir musuh dari depanmu dan berfirman: Punahkanlah!

Berbicara tentang Allah yang sedang mendukung perjalanan bangsa Israel. Kalau Allah bertindak sebagai perisai, di atas ada awan-awan yang akan melindung dan di bawah ada lengan-lengan yang kekal. Awan-awan tersebut adalah tiang awan dan tiang api yang melindungi bangsa Israel selama di padang gurun, di saat siang dari terik panas matahari, dan malam dari kegelapan / dinginnya udara.

Ulangan 33 : 28, ”Maka Israel diam dengan tenteram dan sumber Yakub diam tidak terganggu di dalam suatu negeri yang ada gandum dan anggur; bahkan langitnya menitikkan embun.” Bangsa Israel dipelihara oleh embun. Embun berbicara tentang hal-hal yang lembut. Jadi ada pemeliharaan Allah yang lembut dalam hidup mereka.

Apa yang dialami bangsa Israel itulah yang sedang Allah persiapkan untuk kita juga sebagai Israel- Israel rohani. Milikilah iman yang teguh kepada Tuhan, maka kita akan menjadi sahabat- sahabatnya Allah. Tuhan Yesus Kristus memberkati !

13 Juli 2008

MAU DIDIDIK MAKA MENJADI PENDIDIK YANG BAIK

Ringkasan Khotbah Raya [Minggu, 13 Juli 2008]
“MAU DIDIDIK MAKA MENJADI PENDIDIK YANG BAIK”
Ayat pokok : Ulangan 6 : 6 - 9
Pembicara : Pdt. R. Timotius Kastanya

Pendidikan iman anak-anak adalah tanggung jawab setiap orang tua. Dalam mendidik iman anak-anak, orang tua tidak dapat menyerahkan perkembangan iman anak-anak itu sepenuhnya ke gereja, kepada Hamba- hamba Tuhan atau kepada Lembaga pendidikan.

Dalam ayat pokok, ada 2 metode mendidik iman anak-anak yaitu:

1. Secara audio (ayat 7)

yaitu dengan cara mengajar secara berulang-ulang pada waktu duduk di rumah, sedang dalam perjalanan, pada waktu berbaring, dan bangun. Tanggung jawab pendidik adalah mendidik secara berulang-ulang karena apabila diajarkan secara berulang-ulang akan dapat lebih mudah dicerna dan diserap. Contoh bahan yang diajarkan kepada anak-anak adalah misalnya urutan cara berdoa yang baik

2. Secara visual (ayat 8-9)

yaitu dengan memberikan menjadi teladan atau contoh yang baik, orang tua menjadi surat yang terbuka sebagai pelaku Firman Tuhan.

Pada pintu-pintu rumah di Israel biasanya ada gulungan taurat. Apabila orang ingin masuk rumah, maka orang tersebut akan memegang taurat tersebut. Selain yang ditaruh di pintu masuk, ada juga yang diikat dilengan. Dengan seringnya mereka melihat taurat, maka akan dapat mengingatkan mereka untuk selalu ingat taurat.

Moral anak di masa depan sangatlah bergantung pada sikap orang tua dalam mendidik anak-anak. Beberapa ayat yang menyatakan bahwa anak perlu dididik adalah dalam Amsal 29 : 17, Amsal 13 : 24, dan Amsal 19 : 18. Pendidikan iman anak dimulai sejak anak tersebut masih dalam kandungan. Orang tua yang sehat rohaninya akan mengajarkan anak tersebut dari dalam kandungan. Cara mendidik anak sejak ia dalam kandungan adalah misalnya saat mengandung orang tua terbiasa berdoa. Anak yang dididik imannya, kelak akan menjadi mahkota kesukaan bagi orang tuanya.

Suatu contoh dalam Alkitab dimana orang tersebut kurang pendidikan iman sejak kecil adalah seorang raja Yehuda bernama Yoyakim bin Yosia, dalam Yeremia 36. Ayah Yoyakim adalah Yosia. Yosia adalah seorang yang takut akan Allah dan dia juga yang membangkitkan kembali bagaimana cara menyembah Allah Yehova. Namun Yoyakim melakukan perbuatan yang tidak berkenan di hati Allah yaitu mengoyak dengan pisau dan membakar kitab gulungan. Kitab gulungan itu ditulis berdasarkan perkataan Tuhan melalui nabi Yeremia. Kitab gulungan itu dibuat untuk diperdengarkan kepada kaum Yehuda agar kaum Yehuda mau bertobat sehingga Tuhan dapat mengampuni kesalahan dan dosa mereka.

Ada beberapa sebab yang dapat menyebabkan Yoyakim mempunyai karakter seperti itu, antara lain:

1. Karena Yosia terlalu sibuk saat ia menjadi seorang raja sehingga Yosia mengabaikan pendidikan iman Yoyakim.

Kita sebagai orang tua harus mempunyai waktu untuk keluarga yang telah Tuhan percayakan kepada kita.

2. Faktor lingkungan istana

Kadang-kadang ruang lingkup kita membentuk agar kita berubah. Diperlukan iman yang kuat seperti Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego untuk menolak itu.

3. Karena pergaulan

Kita akan menjadi orang yang sama dengan komunitas dimana kita berada. Kita harus memiliki pergaulan dengan orang-orang yang sehat rohaninya, supaya kita juga terdorong memiliki perbuatan yang baik.

Dalam I Korintus 15 : 33 dikatakan bahwa pergaulan yang buruk dapat merusak kebiasaan kita yang baik.

Kita mungkin juga seringkali seperti Yoyakim, melakukan penolakan secara halus terhadap Firman Tuhan. Misalnya menolak dengan intelektual kita, kita membenarkan pendapat kita yang kadang bertolak belakang dengan Firman Tuhan. Banyak hal dalam Firman Tuhan yang tidak dapat kita mengerti dengan hanya mengandalkan intelektual kita.

Akibat yang akan diterima oleh orang yang melakukan penolakan terhadap Firman Tuhan seperti Yoyakim adalah :

1. Yeremia 36 : 30 – 31, ”Sebab itu beginilah firman TUHAN tentang Yoyakim, raja Yehuda: Ia tidak akan mempunyai keturunan yang akan duduk di atas takhta Daud, dan mayatnya akan tercampak, sehingga kena panas di waktu siang dan kena dingin di waktu malam. Aku akan menghukum dia, keturunannya, dan hamba-hambanya karena kesalahan mereka; Aku akan mendatangkan atas mereka, atas segala penduduk Yerusalem dan atas orang Yehuda segenap malapetaka yang Kuancamkan kepada mereka, yang mereka tidak mau mendengarnya."

Firman Tuhan adalah perisai dan perlindungan bagi orang yang mendengar dan melakukannya. Jika kita tidak melakukan Firman Tuhan, berarti kita keluar dari perlindungan Allah, dimana iblis akan mudah menyerang kita dengan berbagai macam pencobaan yang menjatuhkan kita.

Tetapi Jika kita mau merenungkan Firman Tuhan (segala perintah dan kehendakNya)dan melakukannya, maka kita disebut sebagai orang yang berbahagia yang akan menerima segala sesuatu yang baik dari Tuhan.

2. Yakobus 1 : 25, ”Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.”

Bertumbuhlah menjadi anak Tuhan yang mau dididik oleh Firman Tuhan, mau melakukan Firman Tuhan sehingga kita pun dapat menjadi Teladan bagi banyak orang disekitar kita.

KEPUTUSAN YANG BENAR DAPAT MENGUBAH MASA DEPAN

Ringkasan Khotbah Umum I [Minggu, 29 Juni 2008]
”KEPUTUSAN YANG BENAR DAPAT MENGUBAH MASA DEPAN”
Pembicara : Pdt. R. Timotius Kastanya
Ayat pokok :
Lukas 12 : 57

Disini Firman Allah menuntut agar kita dapat membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan karena putusan yang benar akan mengubah masa depan kita. Agar dapat mengerti bagaimana cara mengambil keputusan maka sebagai contoh diambil kisah Rut (Rut 1 : 1 - 6).

Kisah seorang wanita yaitu Rut diawali dengan keputusan yang diambil Elimelek sebagai kepala keluarga untuk pindah ke Moab karena terjadinya kelaparan di tanah Israel. Keluarga Elimelek terdiri dari Elimelek beserta istrinya yang bernama Naomi dan kedua anak laki-lakinya yang bernama Mahlon dan Kilyon. Nama Elimelek mempunyai arti Tuhan adalah Rajaku. Naomi mempunyai arti kesukaanku, sedangkan arti nama Mahlon adalah sakit-sakitan dan Kilyon berarti terbuang sia-sia. Kultur tempat tujuan Elimelek yaitu Moab sangat jauh berbeda dengan kultur Israel, terutama dalam hal peribadatan. Tata cara peribadatan Israel menyembah Yehova, sedangkan di Moab menyembah dewa-dewa, salah satu dewa yang disembah adalah Amos (dewa iblis) yang selalu menuntut korban bakaran.

Setelah mereka meninggalkan Israel, tidak lama kemudian Elimelek meninggal. Yang bersama Naomi tinggal kedua anaknya. Kedua anak Naomi kemudian mengambil istri. Menantu Naomi yang pertama bernama Orpa dan yang kedua bernama Rut. Nama Rut mempunyai arti seorang sahabat perempuan. Setelah sepuluh tahun, kedua anak Naomi pun meninggal sehingga Naomi kini tinggal bersama kedua menantunya. Di tengah-tengah kesukaran itu, tiba-tiba Naomi mendapat berita bahwa Betlehem dan Yehuda diberkati Tuhan sehingga tidak ada kelaparan. Kemudian Naomi pun mengambil keputusan untuk kembali. Naomi menyarankan kedua menantunya untuk kembali ke orang tuanya masing-masing. Orpa mengikuti saran Naomi namun Rut mengambil keputusan untuk tetap mengikuti Naomi. Keputusan yang diambil Rut sangat berani sebab saat itu Rut tidak tahu bagaimana kultur Israel dan tidak ada jaminan dari Naomi bahwa ia akan mencukupi kehidupan Rut. Keputusan yang diambil Rut inilah yang akan mengubah kehidupan Rut di masa depan.

Semula Rut adalah wanita Moab yang juga penyembah dewa / berhala. Latar belakang kehidupan Rut penuh dengan kegelapan. Namun dengan keputusan yang diambil, Rut mampu mengubah kehidupannya sehingga tidak lagi dalam kegelapan. Contoh Alkitab lainnya, orang yang semula hidup dalam kegelapan namun dengan keputusan yang diambil, orang tersebut mempunyai masa depan yang cerah adalah Paulus. Semula Paulus yang bernama asli Saulus adalah seorang mahasiswa yang sangat berhasil, namun ia suka membunuh murid-murid Tuhan. Namun ketika ia telah mengambil keputusan untuk berbalik dari jalan semula menjadi pengikut Yesus, Paulus dipakai Tuhan dengan luar biasa. Apapun latar belakang dan persoalan kehidupan seseorang, asalkan ia mau datang dengan hati yang sungguh-sungguh kepada Tuhan, maka Yesus tetap mau menerima dengan tangan terbuka.

Keputusan yang diambil Rut itu merupakan keputusan yang diambil secara matang dan bukan keputusan yang diambil karena emosional / gegabah. 5 dasar keputusan yang diambil Rut:

1. ”Kemana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi” (Rut 1 : 16)

Merupakan gambaran manusia dengan Tuhan. Manusia sebagai domba dan Tuhan sebagai gembalanya. Domba akan selalu mengikuti kemapun gembala pergi.

2. ”Di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam” (Rut 1 : 16)

Merupakan gambaran kepatuhan Rut terhadap Naomi yang tanpa syarat. Rut tidak mengajukan syarat akan mengikuti Naomi, bila Naomi dapat menyediakan tempat bermalam yang mewah atau nyaman.

Makna rohani: Kita sebagai anak-anak Tuhan juga jangan mengajukan syarat bila kita ingin mengikut Tuhan. Mengikut Tuhan dengan kerelaan karena kasih.

3. ”Bangsamulah Bangsaku” (Rut 1 : 16)

Rut rela meninggalkan identitas wanita Moab dan menjadi bangsa Israel.

Makna rohani: kita harus meninggalkan kehidupan lama kita dan masuk ke kehidupan yang baru bersama Yesus Kristus. Kehidupan lama kita harus benar-benar lenyap sebelum masuk ke kehidupan yang baru. Bila kehidupan lama kita belum benar-benar lenyap, maka pertumbuhan rohani kita di kehidupan yang baru juga tidak akan baik. Rasul Paulus dalam Filipi 3 : 7 mengatakan bahwa ”Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus”. Kata rugi dalam bahasa aslinya adalah sampah yang berarti sesuatu yang harus dibuang karena tidak berguna lagi. Hal - hal dulu yang merupakan kebanggaan harus kita buang dari pikiran dan hidup kita.

4. ”Allahmulah Allahku” (Rut 1 : 16)

Rut mengambil keputusan untuk menerima Allah Yehova sebagai Allahnya.

Makna rohani : Kita menjadikan Tuhan Yesus Kristus sebagai satu - satunya Allah kita. Tidak ada allah atau dewa lain.

5. ”Di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan” (Rut 1 : 17)

Rut mengungkapkan bahwa ia tidak akan mundur selangkahpun walaupun maut mengancam hidupnya.

Makna rohani: Kita harus menjadi pengikut Yesus yang setia sampai kita mati

Keputusan yang diambil Rut untuk ikut Naomi ke Israel, membuat Rut dapat menikah dengan Boas seorang yang tersohor dan terkaya di tanah Yehuda. Dari pernikahan dengan Boas, Rut menjadi nenek moyang dari Daud. Selain itu, Nama Rut juga tercatat dalam Alkitab. Bila kita mengambil keputusan mengambil Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, maka kita tidak akan hidup dalam kegelapan lagi dan nama kita akan tercatat dalam kitab kehidupan. Hiduplah dekat dengan Tuhan, maka Allah sumber hikmat akan memberi petunjuk jalan yang benar yang harus kita pilih, sehingga ada masa depan yang penuh harapan bagi kita. Puji Tuhan! Tuhan Yesus memberkati kita sekalian!

29 Juni 2008

IMAN YANG BERBEDA [THE DIFFERENT FAITH]

Ringkasan Khotbah Umum I [Minggu, 22 Juni 2008]
“IMAN YANG BERBEDA [THE DIFFERENT FAITH]”
Pembicara : Pdt. Sammy Palit (Garut)
Ayat pokok : Ibrani 11 : 1

Iman itu bersifat universal, yaitu tidak hanya dimiliki oleh nabi, rasul, atau hamba Tuhan saja, tetapi dapat pula dimiliki oleh semua anak Tuhan. Iman yang hidup adalah iman yang progresif, yaitu iman yang terus meningkat dan maju. Iman harus senantiasa diperbaharui, bila iman kita statis tidak ada perubahan berarti iman kita telah mati. Iman yang kita miliki itu akan memberikan kepada kita ketenangan dan keberanian.

Iman yang berbeda berarti:

1. Iman yang berani melawan arus

Ketika Yesus dihadapkan pada seorang buta, orang-orang bertanya kepada Yesus alasan mengapa orang tersebut buta. Apakah karena dosa yang diperbuatnya atau karena dosa yang diperbuat oleh orang tuanya. Bagi orang Israel pada masa itu, cacat yang dialami oleh seseorang disebabkan oleh kutuk atau dosa yang besar. Pandangan Yesus tidaklah sama dengan masyarakat saat itu. Yesus melihat dari sisi yang berbeda. Menurut pandangan Yesus, pada orang yang cacat itu ada sebuah kesempatan untuk menyatakan kemuliaan Allah.

Ketika semua orang menyatakan hal yang sama, maka orang yang beriman akan berani melawan arus dan menyatakan hal yang berbeda. Contoh dalam Alkitab adalah Yusuf dan Yakub. Ketika 11 saudara Yusuf, menyatakan hal yang berbeda, Yusuf dapat tetap berkomitmen. Contoh yang lain adalah Daud. Ketika semua prajurit Israel tidak berani maju dan lebih memilih bersembunyi, justru Daud berani maju.

Iman yang berbeda adalah iman yang memiliki kekuatan untuk meraih hal yang lebih besar, sebab iman yang berbeda, mampu memberikan suatu terobosan. Ketika kita mengikuti arus, maka biasanya semua akan baik dan aman, namun kehidupan kita tidak akan meningkat / berkembang. Bila kita memiliki iman yang kecil, maka motivasi kita juga kecil. Ketika hidup kita biasa-biasa saja, pandangan kita terhadap masa depan pun biasa-biasa saja, maka potensi yang kita keluarkan juga akan biasa-biasa saja

Janganlah takut untuk memiliki iman yang besar, sebab kita juga memiliki Tuhan yang besar. Tuhan sanggup menyatakan semua iman kita. Iman mampu melihat pada hal-hal yang tidak nampak, iman mampu percaya pada hal-hal yang tidak masuk akal dan iman mampu menerima ha-hal yang mustahil. Tidak ada yang mustahil bagi orang-orang yang beriman kepada Yesus, sebab kita beriman bukan pada hal-hal yang terbatas tapi kita beriman pada sesuatu yang tidak terbatas.

2. Iman yang berani mengubah

Orang yang beriman mampu mengubah hidupnya secara pribadi, lingkungannya, bangsa dan negaranya. Iman artinya “mengubah”. Orang yang beriman adalah orang yang mampu mengubah orang lain dan lingkungannya menjadi lebih baik melalui dirinya. Penginjilan yang efektif adalah kita menunjukkan kebaikan kita pada orang lain sehingga dapat menjadi teladan untuk dapat mengubah orang itu. Pada saat Yusuf masuk ke rumah Potifar, maka ada perubahan dalam rumah Potifar. Begitupun saat Yusuf masuk penjara dan menjadi orang nomor 2 di Israel maka ada perubahan dalam penjara dan Mesir. Iman adalah kekuatan yang mampu mengubah siapapun.

3. Iman yang berani melakukan sesuatu

Kedua belas rasul Yesus (tidak termasuk Yudas) semuanya mengalami mati sahid kecuali Yohanes. Yohanes pernah dimasukkan dalam minyak panas, namun ternyata Yohanes tidak mati. Akhirnya Yohanes dibuang ke pulau Patmos. Orang yang dibuang ke pulau Patmos cenderung lebih baik memilih menunggu kematian, sebab pulau Patmos cenderung identik dengan penderitaan, kesepian, keputus-asaan, dan tekanan. Tetapi ketika Yohanes berada di pulau Patmos, Yohanes melakukan hal yang berbeda. Yohanes tidak diam sambil menunggu kematiannya, namun ia malah mendapat penglihatan dari Tuhan sehingga ia menulis kitab Wahyu. Kitab Wahyu adalah kitab yang berisi masa depan gereja.

Tidak ada alasan bagi orang Kristen untuk tidak melakukan sesuatu sekalipun ia berada dalam keadaan kesepian dan keputusasaan. Iman yang benar adalah iman yang mampu melakukan sesuatu, apalagi bila kita hidup dalam kelimpahan berkat-berkat Tuhan. Iman berarti transformator (pengubah). “Pulau Patmos” tidak boleh mengekang kita untuk tidak berbuat apa-apa untuk Tuhan. Dimanapun kita berada, kita harus berbuat sesuatu untuk Tuhan karena saat kita diam dan pasrah, saat itulah iman kita mati.

Terkadang kita merasa tidak berdaya dan tidak mampu melakukan hal apapun dan sekecil apapun apalagi untuk memiliki iman yang besar dan mengubah orang lain. Kita tidak boleh membangun iman kita diatas perasaan atau pun pikiran kita, namun kita harus membangun iman kita diatas Firman Tuhan. Seperti orang bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas batu, maka rumahnya tetap berdiri kokoh walaupun datang hujan dan banjir. Penuhlah dengan Firman Tuhan, maka kita akan memiliki iman. Iman juga harus disertai tindakan, sehingga muncul “iman yang berbeda”. Tuhan Yesus memberkati kita sekalian!

22 Juni 2008

KEMENANGAN BESAR DIRAIH DARI KEMENANGAN-KEMENANGAN KECIL

Ringkasan Khotbah Umum I [Minggu, 15 Juni 2008]
“KEMENANGAN BESAR DIRAIH DARI KEMENANGAN-KEMENANGAN KECIL”
Ayat Pokok : Kisah Para Rasul 13 : 22
Pembicara : Pdt. R. Timotius Kastanya

Kisah Para Rasul 13 : 22, “Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.”

Dalam ayat pokok tersebut, Allah menyatakan Daud adalah seseorang yang berkenan di hati Allah karena Daud melakukan apa yang menjadi kehendak Allah. Daud juga adalah manusia sehingga ia juga punya banyak kelemahan dan kesalahan. Namun Allah tetap menjadikan Daud sebagai seseorang yang berkenan di hati Allah karena Allah sudah mengampuni segala kesalahan Daud.

Karena Daud seseorang yang berkenan di hati Allah, maka Allah menjadikan Daud menjadi terkenal, dihormati dan dipuja-puja Israel. Bukti Daud menjadi terkenal, dihormati, dan dipuja-puja Israel adalah:

· Bendera Israel adalah berwarna putih dengan gambar bintang bersudut enam yang terletak ditengah-tengah. Bintang bersudut enam itu dikenal sebagai bintang Daud.

· Dalam kitab Wahyu disebutkan bahwa dalam kerajaan 1000 tahun terdapat tahta kerajaan yang disebut tahta Daud.

· Daud juga menjadi tersohor dan dihormati banyak orang pada masanya karena Daud yang hanya seorang penggembala dapat mengalahkan raksasa bernama Goliat. Daud mengalahkan Goliat bukan dengan pedang namun hanya dengan menggunakan tongkat dan umban.

Daud memperoleh kemenangan besar setelah Daud memperoleh kemenangan-kemenangan kecil. Kemenangan-kemenangan kecil yang diperoleh Daud itu, dijadikan Daud sebagai landasan untuk dipercaya Tuhan memperoleh kemenangan besar. Awal kemenangan Daud dimulai sejak Samuel mengurapi Daud karena sejak saat itu Roh Tuhan berkuasa atas Daud (I Samuel 16 : 13, “Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel menuju Rama.”)

Rahasia Daud dapat memperoleh kemenangan-kemenangan adalah:

1. Menang dari rasa sombong. I Samuel 17 : 17 – 18, “Isai berkata kepada Daud, anaknya: "Ambillah untuk kakak-kakakmu bertih gandum ini seefa dan roti yang sepuluh ini; bawalah cepat-cepat ke perkemahan, kepada kakak-kakakmu. Dan baiklah sampaikan keju yang sepuluh ini kepada kepala pasukan seribu. Tengoklah apakah kakak-kakakmu selamat dan bawalah pulang suatu tanda dari mereka.“ Daud yang telah diurapi menjadi raja, tidak menolak ketika disuruh ayahnya untuk membawa makanan untuk kakak-kakaknya dan pasukan. Tugas yang diberikan Isai kepada Daud merupakan hal yang kecil setelah Daud diurapi menjadi raja. Tindakan Daud tersebut menunjukkan kalau Daud telah menang dari rasa sombong, ia memiliki sikap rendah hati. Selain itu tindakan Daud juga menunjukkan kalau ia patuh terhadap perintah orang tuanya.

2. Memiliki tanggung jawab terhadap hal yang dipercayakannya, walaupun hal itu kecil. I Samuel 17 : 20a, “Lalu Daud bangun pagi-pagi, ditinggalkannyalah kambing dombanya pada seorang penjaga,” Pekerjaan Daud adalah menggembalakan kambing domba. Kambing domba yang dimilki Daud sangatlah sedikit yaitu hanya dua tiga ekor saja. Namun Daud mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, walaupun terhadap hal-hal yang kecil. Sebelum Daud pergi, Daud meninggalkan kambing domba miliknya kepada penjaga. Ia tidak meninggalkannnya begitu saja. Orang seringkali menyepelekan hal-hal yang kecil padahal walaupun hal-hal yang kecil, Tuhan menuntut agar kita dapat memberikan perhatian dan mengerjakannya sama seperti mengerjakan hal-hal yang besar. Seperti perumpamaan seorang tuan yang pergi dan memberikan lima, tiga dan satu talenta kepada ketiga anak buahnya. Tuhan menuntut agar anak buah yang menerima satu talenta itu mengembangkan talenta itu. Karena anak buah yang menerima satu talenta itu tidak mengembangkan talentanya, maka Tuannya mengambil kembali talenta yang telah diberikan kepada anak buah tersebut. Walaupun kita dipercayakan hal-hal yang kecil, kita harus tetap memberikan perhatian, karena dari perkara-perkara yang kecil itulah, Tuhan akan mempercayakan perkara-perkara yang besar. Lukas 16 : 10.

Bagaimana kita membiasakan diri mendapatkan kemenangan? Apakah kita terbiasa memakai cara dunia atau cara Tuhan? Kalau kita memakai cara Allah maka kita akan mendapatkan kebebasan. Seperti Daud ketika disuruh melawan Goliat, ia tidak dapat bergerak bebas ketika ia memakai baju perang (cara yang dunia tawarkan). Ia baru bisa merasa bebas, ketika ia memilih melawan Goliat tanpa baju perang dan menggunakan tongkat dan umban. Daud mengambil 5 buah batu sebagai senjata. 5 buah batu itu dapat dilambangkan sebagai 5 luka Yesus di kayu salib. Kita harus selalu ingat pengorbanan Yesus di kayu salib. Yesus yang telah menjadi pemenang di kayu salib itu akan dapat membuat kita juga menjadi seorang pemenang. Serahkanlah seluruh kehidupan kita kepada Tuhan dan tetaplah setia melakukan KehendakNya, maka Tuhan akan memberikan kemenangan di sepanjang hidup kita, sampai kita bersama Tuhan selamanya di Sorga. Tuhan Yesus memberkati!