26 September 2009

AKIBAT YANG TERJADI JIKA KITA TIDAK MENGAMPUNI


Ringkasan Khotbah Ibadah I [Minggu, 14 September 2008]
“AKIBAT YANG TERJADI JIKA KITA TIDAK MENGAMPUNI”
Oleh : Pdt. R. Timotius Kastanya
Ayat pokok : Matius 18 : 35

Minggu lalu telah dibahas tentang arti mengampuni dari berbagai bahasa, makna mengampuni dan kesalahan yang umumnya terjadi saat kita mengampuni seseorang. Mengampuni dituntut oleh Yesus kepada anak-anakNya. Akibat yang akan kita terima bila kita tidak mau untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita adalah:
1.      Penderitaan secara mental dan rohani (II Samuel 13)
Balas dendam! Itu adalah buah yang dihasilkan jika orang tersebut tidak mengampuni orang yang melakukan kesalahan. Alkitab juga menuliskan bahwa Absalom mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan karena balas dendam tersebut dengan membunuh Amnon kemudian Absalom  melarikan diri selama 3 tahun. Pengalaman ini mempunyai dampak kepada orang-orang sekitarnya dimana Daud menjadi sedih karena kejadian ini.
2.      Keadaan akan semakin memburuk (II Korintus 2 : 7)
Keadaan yang semakin buruk bukan hanya kepada pihak yang (seharusnya) mengampuni tetapi kepada pihak yang diampuni juga. Ketika pengampunan tidak diberikan, pribadi yang seharusnya menerima pengampunan akan mengalami pengalaman kesedihan yang berlarut bahkan dapat mengalami keputusasaan, Alkitab katakan.
3.      Akan membuat orang semakin tidak dewasa (Yohanes 8 : 7, dan 9)
Ketidakdewasaan atau sifat kekanak-kanakan merupakan ciri pribadi yang  tidak memberikan pengampunan. Seperti yang dialami oleh orang-orang yang ingin melempari wanita yang kedapatan berzinah dengan batu. Tetapi dengan sebuah kalimat yang Yesus katakan, mereka yang berniat melempar mulai undur satu-persatu dimulai dari yang tertua (yaitu mereka yang merasa yang paling benar dan yang paling tahu segalanya).

Agar kita dapat mudah mengampuni orang lain, maka ada langkah-langkah yang harus kita ambil pada saat kita akan mengampuni orang lain. Langkah-langkah tersebut antara lain:
1.       Menyadari bahwa pengampunan merupakan sebuah pilihan.
Mengampuni adalah sebuah pilihan. Dan ini adalah pilihan yang mendewasakan pribadi yang memberi pengampunan dan memberi kesempatan yang diampuni untuk berubah.
2.       Menyadari bahwa mengampuni adalah syarat agar kita diampuni oleh Bapa (Matius 18 : 23 - 25).
Alkitab tegaskan gan mengampuni orang lain berarti kita menghargai pengampunan yang Tuhan berikan.
3.       Menyadari bahwa kita sudah menerima kelimpahan ampunan dari Bapa (Matius 5 : 8, Kolose 3 : 13).
Setiap saat manusia dapat berbuat kesalahan dan merugikan orang lain dan pada saat kita memita pengampunan dari Bapa di Sorga dengan sungguh, disaat itulah Bapa disorga mengampuni kita. Dan melalui pengorbanan-Nya di salib menjadi bukti bahwa kita menerima kelimpahan  ampunan. 
4.       Menyadari bahwa orang yang melukai anda mempunyai kebutuhan yang lebih besar lagi untuk mendapat kasih dan pengampunan dari Allah.
Ini adalah suatu sikap yang dewasa ketika kita sadar bahwa orang yang melukai kita adalah pribadi yang benar-benar memerlukan kasih dan pengampunan dari Bapa di Sorga.
5.       Mengucap syukur atas berkat yang pernah diterima melalui orang yang telah melukai hati anda (2 Korintus 7 : 15).
Dengan mengucap syukur Tuhan memberikan kekuatan bagi pribadi yang memberikan pengampunan
6.       Meminta kepada Tuhan untuk membuka kesempatan bagi kita agar dapat menyatakan kasih kita kepada orang tersebut (1 Petrus 4 : 8).
Kasih adalah dasar dari pengampunan kita. Tuhan akan memberi kemampuan kepada kita untuk kita menyatakan kasih kepada mereka yang kita beri pengampunan.
7.       Berdoa bagi orang itu (Matius 5 : 44).
Bukan suatu hal yang mudah, tetapi Yesus sendiri mengatakan untuk mencintai musuh-musuh kita dan mendoakan orang yang menganiayai kita....sanggupkah kita..? SANGGUP..! Mampukah kita..? MAMPU..! Kalau Yesus katakan, Yesus pula yang memberikan kesanggupan dan kemampuan  kepada kita untuk melakukannya. Amin

HATI YANG MENGAMPUNI


Ringkasan Khotbah Ibadah Perjamuan Kudus [Minggu, 7 September 2008]
“HATI YANG MENGAMPUNI”
Oleh : Pdt. R. Timotius Kastanya
Ayat pokok : Lukas 23 : 33

Dalam ayat pokok tersebut memperlihatkan bagaimana Allah yang dalam rupa manusia yaitu di dalam Yesus yang turun ke dunia, mengajarkan cara untuk mengampuni orang yang menganiaya-Nya. Mengampuni itu tidak mudah, namun itu yang Tuhan Yesus minta dari kita sebagai anak-anakNya.
Mengampuni dalam bahasa Ibrani adalah:
1.      Kapar = menutupi atau menyembunyikan
Mengampuni adalah menutupi atau menyembunyikan pembalasan yang akan ditimpakan kepada orang yang bersalah. Sebenarnya orang yang bersalah itu pantas untuk menerima pembalasan, namun kita sebagai anak-anak Tuhan dituntut untuk dapat menyembunyikan pembalasan itu.
2.      Nasa = membawa dan membuang jauh-jauh
Mengampuni adalah membawa dan membuang jauh-jauh kesalahan dari orang berdosa itu termasuk rasa benci yang akan muncul terhadap orang yang bersalah itu.
3.      Salah = memaafkan
Mengampuni adalah memaafkan dan membebaskan orang yang bersalah dari tuntutan.
Mengampuni dalam bahasa Yunani adalah:
1.      Charzomai =  penuh belas kasihan
Mengampuni harus didasari oleh suatu sikap yang penuh belas kasihan.
2.      Aphiemi = membuang atau mengirimkan jauh-jauh
3.      Aphesis = pembebasan
Memberikan pembebasan dari hutang, hukuman, tuntutan dan pembalasan kepada orang yang bersalah itu.
Pengampunan mempunyai beberapa makna antara lain:
1.      Pengampunan adalah suatu kebutuhan (Mat 6:12)
dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”.
Di kolong langit ini tidak ada yang tidak bersalah. Orang yang bersalah membutuhkan pengampunan, sehingga sebenarnya setiap orang itu pasti membutuhkan pengampunan. Dalam Matius 6 : 12, salah satu permintaan dalam doa Bapa Kami adalah memohon pengampunan. Yesus mengajarkan bahwa pengampunan itu adalah suatu kebutuhan dan itu harus diminta.
2.      Pengampunan adalah suatu pernyataan kasih lebih dari sekedar tuntutan hukum (Matius 5 : 38 - 48)
Hukum Taurat yang diberikan kepada bangsa Israel mengajarkan kalau suatu kejahatan harus dibalas dengan kejahatan juga. Hal ini berbeda dengan hukum kasih yang diajarkan Yesus kepada pengikut - pengikutnya kalau suatu kesalahan atau kejahatan harus dibalas dengan kasih.
3.      Pengampunan adalah suatu gaya hidup (Matius 18 : 21 - 22)
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”
Dalam kehidupan orang Yahudi, suatu pengampunan itu dapat diberikan maksimal 3 kali. Petrus merasa bangga karena ia memberikan pengampunan sampai 7 kali, namun Yesus menjawab bahwa pengampunan itu harus diberikan sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali yang artinya adalah pengampunan diberikan berkali-kali dan sebanyak-banyaknya tanpa merasa bosan. Gaya hidup kekristenan harus mempunyai karakter pengampunan yang tanpa pernah bosan ini.
4.      Pengampunan adalah suatu kewajiban (Lukas 17 : 3 - 4)
“Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.”
Dalam ayat tersebut sudah jelas tertulis bahwa kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita
Disaat kita mengampuni kesalahan orang lain, belas kasihan Allah akan tercurah untuk kita dan dosa kita juga diampuni. Di saat itulah kita akan memperoleh damai sejahtera yang hilang saat kita memendam kebencian terhadap orang yang bersalah kepada kita.
Dalam mengampuni, ada beberapa kesalahan yang umumnya terjadi, seperti:
1.      Mengampuni bukanlah usaha untuk melupakan
Bila kita mengampuni dengan cara melupakan maka mengampuni akan sulit dilakukan oleh orang yang mempunyai daya ingat yang kuat. Mengampuni itu seharusnya adalah membebaskan dan bukan hanya sekedar melupakannya.
2.      Mengampuni dengan tidak tulus
Pengampunan yang harus kita berikan adalah pengampunan yang sejati. Pengampunan yang sejati adalah pengampunan dengan tidak melihat berapa besar dan berapa banyak kesalahan namun melihat tujuan akhir pengampunan yaitu pemulihan.
3.      Cara meminta maaf yang salah
Saat kita meminta maaf, kita harus meminta maaf dengan hati yang tulus dan cara yang benar. Kita harus berlapang dada dan berani mengakui kesalahan kita dan tidak menunjuk kesalahan orang lain.
Mengampuni itu bukanlah hal yang mudah, namun kita akan dapat dengan mudah melakukannya bila kita mempunyai:
1.       Ketetapan hati (Efesus 4 : 32, Lukas 23 : 34, Matius 18 : 35)
2.       Pengorbanan (Roma 12 : 17 - 21)
3.       Ketekunan (Kolose 3 : 13 - 14)
Milikilah Kasih Agape yang Tuhan miliki, yang akan Tuhan berikan kepada orang percaya yang memiliki hati yang tulus, maka kita akan dimampukan untuk melakukan seluruh kehendak Tuhan, termasuk dalam hal mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Tuhan Yesus Kristus akan memberkati orang-orang yang mau hidup berdamai dengan Tuhan, diri sendiri dan dengan orang lain. Amin

24 September 2009

WALKING WITH GOD [BERJALAN BERSAMA DENGAN TUHAN]


Ringkasan Khotbah Ibadah Umum 1 [Minggu, 31 Agustus 2008]
“WALKING WITH GOD [BERJALAN BERSAMA DENGAN TUHAN]”
Oleh : Pdm. Jefta Kastanya
Ayat Pokok : Keluaran 33 : 15

Keluaran 33 : 15, kisah ini menceritakan bagaimana Musa tidak ingin menggantikan Allah yang menyertai Musa dan bangsa Israel di Padang Gurun dengan yang lain. Kenapa Musa berkata demikian? Keluaran 33 : 1 - 2, Tuhan akan memerintahkan malaikatnya untuk memimpin Musa dan bangsa Israel, tetapi Musa meminta Tuhan sendiri yang memimpinnya dan bangsanya. Kenapa Musa hanya inginkan Tuhan?
Yesaya 64 : 1, Ada pertolongan, ada kemenangan, ada hal-hal yang luar biasa terjadi.
Bicara tentang berjalan dengan Tuhan adalah bicara tentang :
1.       Tuhan sendiri yang akan memimpin kehidupan kita.
2.       Tuhan sendiri yang akan membimbing langkah hidup kita.
3.       Tuhan sendiri yang menopang hidup kita.
4.       Tuhan sendiri yang akan mengarahkan bagaimana hidup kita seharusnya.
Perhatikan bagaimana gembala menggembalakan domba atau ternaknya. Terkadang seorang gembala harus berdiri di depan, domba-dombanya mengikuti dari belakang. Pada kesempatan lain gembala menggiring domba-domba dari belakang. Jika ada domba yang mulai salah arah ataupun keluar dari kelompoknya, maka gembala menggunakan tongkatnya untuk menarik domba tersebut. Bahkan ketika domba itu mulai “nakal” gembala tidak segan-segan memukul domba itu dengan tongkatnya. Tuhan adalah gembala kita yang Agung, Ia akan berperan sebagai gembala untuk menuntun kita kepada jalan yang benar.
Demikian seorang ayah mempunyai peran memimpin, membimbing, mendorong, menggendong. Seperti halnya peran seorang gembala atau seorang Ayah, demikian pula Tuhan kepada kita orang percaya sebagai pembimbing anak-anakNya.
Sekarang bagaimana sikap kita sebagai anak-anak Tuhan atau sebagai domba-dombaNya yang akan dipimpin olehNya? Tentunya kita harus memiliki respon yang baik kepada Tuhan.
Ada beberapa hal yang harus kita lakukan, didalam kitab Amsal 3 : 5 - 6, Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.”
Ada 3 hal yang harus kita lakukan :
1.      Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu.
Didalam kita beriman ada unsur percaya didalamnya. Iman (pistis) dalam Alkitab Perjanjian Lama berarti : percaya, bergantung pada, taat-setia.
Jika kita meragukan Tuhan dan Firman-Nya berarti kita kurang percaya kepada Tuhan. Percaya yang Tuhan inginkan dari kita adalah percaya secara bulat / penuh / 100%. Dalam Matius 14 : 28 - 31, bagaimana Petrus percaya penuh kepada Yesus sehingga ia dapat berjalan di atas air. Tetapi tidak lama kemudian ia mulai tenggelam, karena ia mulai “merasa” ada tiupan angin. Perasaan kita seringkali mempengaruhi percaya kita kepada Tuhan, sehingga kita dapat saja ragu kepada Allah dan mengakibatkan iman kita mulai tenggelam. Percaya itu bukan berdasarkan perasaan, tetapi tetap taat kepada apa yang Allah kehendaki, walaupun keadaan tidak mendukung.
Di dalam kitab Yeremia 17 : 7 - 8, Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.“
Jika kita percaya kepada Tuhan berarti mengandalkan Tuhan dalam segala hal, sehingga kehidupan kita diberkati oleh Tuhan.
2.      Jangan bersandar pada pengertian manusia.
Pertama berbicara tentang perasaan, kemudian Petrus “berpikir” habislah aku…! Pengertian dalam terjemahan lain ditulis dengan “intelligent” (kepandaian). Seperti Petrus terkadang kita memakai pikiran / kepandaian  kita dalam menghadapi masalah, itu tanda bahwa kita mulai mengandalkan kekuatan manusia yang terbatas.
Apa yang Alkitab katakan tentang orang mengandalkan manusia dengan kekuatannya? Yeremia 17 : 5 - 6, “Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.”
Orang yang mengandalkan kekuatan / pikiran manusia, Firman Tuhan katakan adalah terkutuk. Kutukan itu terjadi ketika manusia keluar dari kehendak dan jalanNya Allah, itu sama saja berarti manusia keluar dari batasan / pagar yang Tuhan telah buat, keluar dari kasih karunia.
Yesaya 55 : 8 - 9, rancangan manusia sangat jauh berbeda dengan rancangan yang Tuhan buat. Ingat kisah Naomi? Ketika Elimelekh dan Naomi keluar dari rencana Allah? Mereka berpikir hidup mereka akan lebih baik jika mereka keluar dari Betlehem, mereka coba menetap di tanah Moab, tetapi akhirnya Elimelekh dan kedua anak laki-lakinya mati di Moab.
Ada suatu peristiwa besar yang tercatat dalam sejarah, pada tanggal 14-15 April 1912 dimana sebuah kapal besar buatan manusia yang begitu besar, mewah, dan di klaim sanggup menghadapi kondisi laut yang terburuk sekalipun bernama Titanic yang merupakan kebanggaan dunia khususnya Inggris pada saat itu, menabrak sebuah gunung es di laut Atlantik utara. Diperkirakan jumlah penumpang saat itu 1500-2200 orang, yang selamat cuma beberapa persen saja.
Bandingkan dengan Nuh yang amatiran tetapi bersandar kepada Kuasa Allah, mengikuti perintah Allah, maka ketika badai itu menghantam, Nuh dalam naungan kuasa Allah. Ketika bah dan badai itu selesai Nuh menikmati Pelangi pertolongan Tuhan yang sangat indah. Yeremia 29 : 11, rancangan Tuhan damai sejahtera dan masa depan penuh harapan.
3.      Akuilah Dia dalam segala lakumu / ingat selalu akan Tuhan dalam sesuatu yang kita buat (Yesus yang selalu dekat di hati kita)
Apakah arti dari mengakui Tuhan?
-          Boleh membuat rencana tapi kita harus libatkan Tuhan dalam setiap rencana kita. Filipi 4 : 6, sampaikan dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
Biarkan Tuhan yang membimbing kita, jangan membuat keputusan tanpa bertanya lebih dahulu kepada Tuhan.
-          “Akui” disini (acknowledge) dalam bahasa Ibrani ditulis YADA sama artinya dengan bersetubuh dalam hubungan suami istri. Dalam Kejadian 4 : 1, knew ditulis dalam bahasa Inggris yang artinya mengenal dengan sungguh-sungguh sebagai bagian dari hidup seseorang. Mengenal seseorang dalam arti mengerti pribadi seseorang dengan segala apa yang ada dalam pribadinya.
Kenalilah Yesus kita dengan sungguh berikut dengan cara kerjaNya yang luar biasa. Sehingga kita mengenal bagaimana cara Allah yang penuh kasih membimbing kita.
Apa hasilnya jika kita melakukan ketiga hal tersebut diatas ? Hasilnya adalah “DIA AKAN MELURUSKAN JALAN KITA” (Amsal 3 : 6), dalam alkitab bahasa sehari-hari dituliskan Tuhan akan menunjukkan cara hidup yang baik. Matius 11 : 29 - 30, Yesus membimbing kita dengan perintah-perintah yang ditulis di dalam Alkitab yaitu Firman-Nya, Dia akan mengarahkan kita kepada cara hidup yang baik dan diberkati. Secara harafiah kuk adalah kerangka kayu yang menghubungkan 2 ekor binatang (biasanya lembu jantan). Memakai kuk dapat berarti tunduknya / takluknya seorang pribadi kepada pribadi yang lain.
Dengan tunduknya kita terhadap Firman Tuhan (taat=pistis=iman) itu berarti kita mau dibimbing / kita berjalan bersama-sama dengan Tuhan, maka kita pasti mengalami seluruh berkat dan pertolongan Tuhan! Amin.

5 HAL YANG DIMINTA TUHAN DARI UMATNYA


Ringkasan Khotbah Ibadah Ke-I [Minggu, 24 Agustus 2008]
“5 HAL YANG DIMINTA TUHAN DARI UMATNYA”
Oleh : Pdt. Thomas Runkat
Ayat pokok: Ulangan 10 : 12 - 14, & 20

Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu. Sesungguhnya, TUHAN, Allahmulah yang empunya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit, dan bumi dengan segala isinya;“
Ayat 20, “Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu, kepada-Nya haruslah engkau beribadah dan berpaut, dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah.“ (Ulangan 10 : 12 - 14, & 20)
Tuhan kita adalah Tuhan yang Maha Baik, Maha Kasih, Maha Pemurah, tapi ada kalanya apa yang Tuhan berikan tidak sesuai dengan kemauan kita, namun kita harus yakin bahwa apa yang Tuhan perbuat dalam hidup kita itu adalah baik untuk hidup kita. Selain kita harus menyadari bahwa tidak semua keinginan kita dapat terwujud, kita juga harus menyadari bahwa Tuhan juga menuntut sesuatu dari kita. Seringkali kita berbuat tidak adil, meminta terus kepada Tuhan apa yang diinginkan oleh diri kita, tetapi enggan untuk melakukan apa yang Tuhan minta.
Dalam Kitab Ulangan 10 : 12-14, Ada 5 hal yang Tuhan minta dari kita dan itu harus kita berikan kepada Tuhan:
1.      Takut akan Tuhan (Ulangan 10 : 12)
Permintaan Tuhan supaya kita takut akan Tuhan itu berlaku untuk kita sebagai Israel – Israel rohani dan permintaan Tuhan itu harus kita berikan. Takut akan Tuhan berarti kita harus menjauhi hal-hal yang Tuhan benci. Apa saja yang harus kita jauhi terdapat dalam Amsal 8 : 13, “Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.” Kita tidak boleh berpura-pura dalam menjauhi kejahatan, maksudnya dalam gereja mungkin saja kita dapat memuji Tuhan dengan baik, menyanyi dengan merdu, dlsb tapi di luar gereja dalam kehidupan sehari-hari tidak sesuai dengan tingkah laku saat di gereja. Takut akan Tuhan akan mendatangkan berkat jasmani dan rohani untuk kita seperti yang tercantum dalam Amsal 14 : 26 – 27, “Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya. Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut.“
2.      Hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya
Dalam ayat tersebut terdapat kata “segala”, yang berarti bahwa kita tidak bisa memilih jalan-jalan sesuai dengan yang kita mau, namun harus melakukan semua jalan Tuhan. Jalan Tuhan adalah jalan yang sempurna. Bila kita coba-coba menyimpang dari jalan Tuhan, maka akan dapat membuat kita tersesat sekalipun menurut kita jalan yang kita ambil adalah benar sebab kita merasa sudah sangat menguasai jalan tersebut.
Dalam Matius 7 : 12 – 14, "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." Dikatakan bahwa jalan yang sempit itu akan menuju ke kehidupan kekal. Jalan yang sempit itu adalah jalan yang tidak mengenakkan bila dibandingkan dengan jalan yang lebar. Namun bila kita saat ini sudah memilih jalan yang sempit, maka berarti kita sudah berada di jalan yang benar.
3.      Mengasihi Dia / Tuhan / Allah
Mengasihi Tuhan itu sangat mudah diucapkan, namun apakah itu sudah kita praktekkan? Dalam I Yohanes 5 : 3, “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,“ dikatakan bahwa wujud kita mengasihi Tuhan adalah dengan melakukan apa yang Tuhan perintahkan tanpa memilih sesuai yang kita kehendaki saja. Perintah Tuhan itu tidak berat, jika kita benar-benar mengasihi Tuhan. Bila kita mengandalkan kemanusiaan kita, kita tidak akan sanggup tapi Roh Kudus akan menolong dan memampukan kita
4.      Beribadah kepada Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu
Saat kita beribadah kepada Tuhan, kita harus beribadah dengan segenap hati dan tidak boleh setengah hati. Dalam Matius 22 : 37 – 39, “Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.“ Dikatakan bahwa kita harus mengasihi Yesus. Bila seseorang mengasihi Tuhan maka dia akan beribadah dengan sungguh-sungguh dan tidak setengah-setengah.
5.      Berpegang pada perintah dan ketetapan Tuhan
Tuhan sudah memberikan semua yang baik untuk kita, maka sudah sepantasnya bila kita juga memberikan semua yang Tuhan minta dengan sepenuh hati. Berpeganglah kepada setiap perintah dan ketetapan Tuhan, karena Tuhan sudah merencanakan yang terbaik baik kita yang percaya. Hidup kita akan menjadi semakin baik dan ada dalam jalan yang aman jika kita mau memegang teguh Firman Tuhan yang berkuasa menyelamatkan jiwa kita.
Tuhan Yesus memberkati kita yang mau melakukan kehendakNya.

20 September 2009

MENJADI PENGIKUT YESUS YANG SESUNGGUHNYA


Ringkasan Khotbah Ibadah I Minggu, 17 Agustus 2008
“MENJADI PENGIKUT YESUS YANG SESUNGGUHNYA”
Oleh : Pdt. R. Timotius Kastanya
Ayat Pokok : Lukas 9 : 23

Setiap orang yang menjadi pengikut Yesus harus melalui proses pemuridan, dimana ia harus menjadi murid yang mau hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Seseorang dapat saja dikatakan sebagai pengikut Yesus karena “ikut- ikutan” bukan didasari oleh kesungguhan ingin menjadi murid Yesus, yang mau melakukan seluruh kehendak Yesus. Pemuridan adalah suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan orang percaya, untuk dapat menjadi murid Yesus, ada 3 hal dalam Lukas 9 : 23 yang harus dimliki orang percaya :
1.       Menyangkal diri
Menyangkal diri berati melepaskan atau tidak mempergunakan hak yang seharusnya ia dapat pergunakan. Jika kita masih menuntut apa yang menjadi hak kita, kita akan sulit mengikuti apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi hidup kita, sehingga kita tidak dapat melihat hal-hal yang terbaik yang Tuhan sedang kerjakan. Melepaskan apa yang menjadi hak kita, tanda kita mengasihi Tuhan dan berati kita juga mengizinkan Tuhan bekerja leluasa dalam proses membentuk hidup kita. Markus 10 : 29 - 30, penyangkalan diri sangat diinginkan Tuhan.
2.       Memikul Salib
Memikul salib artinya mulai menanggung beban yang tidak enak (Bertentangan dengan prinsip menyenangkan secara daging). Hal memikul salib adalah sebagai konsekuensi yang harus dilakukan, ketika kita melepaskan apa yang seharusnya menjadi hak kita. Dengan kata lain, kita akan masuk dalam proses memikul salib, jika kita sudah melalui proses penyangkalan diri terlebih dahulu. Ketika kita belum menerima Yesus, kita mungkin selalu berada dalam posisi yang selalu enak secara daging. Tetapi ketika kita menerima Yesus, kita akan memasuki posisi yang tidak enak. Mungkin kita akan mengalami tekanan dari lingkungan, diusir dari rumah, tidak diakui sebagai keluarga. Jika kita mau menyangkal diri dan memilkul salib, berarti kita bukanlah pengikut yang hanya “ikut-ikutan” saja, tetapi yang sungguh- sungguh mau mengikut Yesus.
Filipi 1 : 29, “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia” dan Roma 8 : 17, “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”
Jika kita berada dalam posisi yang “tidak enak”, janganlah sekalipun kita bersungut-sungut, jangan patah semangat, milikilah pandangan jauh kedepan dengan iman karena semuanya terjadi untuk membentuk kita menjadi pengikut Yesus yang akhirnya dipermuliakan. Menderita karena kebenaran adalah suatu bagian yang harus kita alami, sehingga kita akan menerima janji- janji Tuhan.
3.       Mengikut Yesus
Mengikut Yesus adalah mau mengikuti, mentaati seluruh apa yang menjadi kehendak Tuhan dengan hati yang sungguh-sungguh, tidak ada argumen, bantahan, dlsb. Mengikut Yesus berarti kita tidak lagi menuruti kehendak kita sendiri, segala keinginan kita diserahkan kepada kehendak Tuhan.
Jika kita tidak sanggup melalui 3 kategori, proses yang harus kita lakukan, maka kehidupan rohani kita akan tertatih-tatih dan mengalami jatuh bangun terus menerus.

Ada beberapa contoh tokoh dalam Alkitab yang mau melakukan ketiga proses yang telah disebut diatas, diantaranya yaitu :
-          Matius sebagai pemungut cukai yang biasanya memungut cukai rakyat, dia langsung mengikut Yesus meninggalkan apa yang sedang dikerjakannya. Matius menjdi murid Yesus yang setia.
-          Abraham. Ketika Abraham dipanggil keluar dari Ur-Kasdim, ia dan sara istrinya sudah lanjut umurnya, tetapi ia taat mengikuti kehendak Allah, bahkan ketika Allah meminta Abraham untuk mempersembahkan Ishak anak tunggalnya, ia rela mau mengorbankan anaknya bagi Tuhan. Sehingga ia dan keluarga bahkan keturunannya diberkati Tuhan.
-          Ester. Ketika Ester terpilih menjadi ratu raja Persia, ia berada dalam posisi yang tidak enak dimana etnisnya yaitu suku Yahudi akan dibinasakan. Mengetahui rencana kerajaan, Ester tidak tinggal diam dalam keadaannya yang saat itu sebagai ratu. Ia berjuang menyelamatkan bangsanya (Ester 4 : 16). Ia rela melepaskan hak enaknya sebagai ratu dengan rela mati mengahadap raja pada waktu yang belum ditetapkan raja. Sebelum ia menghadap raja ia menyangkal diri, berpuasa bersama-sama dengan bangsanya, agar Tuhan memberi jalan bagi rencananya untuk menyelamatkan bangsanya. Pada akhirnya Ester dan bangsanya luput dari ancaman kebinasaan, hak hidup Ester diperpanjang oleh Tuhan.

Kita bisa lihat dari tokoh-tokoh Alkitab di atas, kalau kita mau melalui ketiga persyaratan untuk menjadi pengikut Yesus, yaitu menyangkal diri, memikul salib, dan mau mengikut kehendak Yesus, maka Tuhan menyediakan upah, janji- janji Allah bagi pengikutNya akan kita terima. Allah yang berjanji adalah Allah yang setia, yang selalu menepati janji-janjiNya. Tentunya janji-janji itu dapat kita terima jika kita mau mengalami ketiga proses pemuridan tersebut. Jika kita mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh, pasti kita mempunyai hati yang rela untuk melakukan segala apa yang Tuhan kehendaki, yang tentunya untuk kebaikan kita, dan keselamatan hidup kita. Tuhan Yesus memberkati kita yang mau menjadi pengikutnya yang setia!