28 November 2009

KITA ADALAH MILIK TUHAN


Ringkasan Khotbah Perjamuan Kasih, Minggu 04 Januari 2009
“KITA ADALAH MILIK TUHAN”
Oleh : Pdt  R. Timotius Kastanya
Ayat Pokok : Roma 14 : 8
Ayat Hafalan : Galatia 5 : 24

Manusia pertama diciptakan Allah sedemikian rupa, yaitu menjadi suatu makhluk yang mulia dengan tujuan dan maksud yang mulia juga. Manusia ditempatkan di Taman Eden, Tuhan memberikan aturan-aturan yang harus ditaati oleh manusia agar kehidupan manusia memiliki kehidupan yang baik. Namun manusia itu tergoda dengan perkataan Iblis, manusia melanggar aturan yang sudah ditentukan Tuhan, sehingga manusia jatuh dalam dosa dan membuat hubungan dengan Tuhan menjadi jauh. Namun demikian kita harus bersyukur kepada Tuhan, karena kasihNya melalui pengorbanan Yesus di Kayu salib, setiap orang yang percaya kepadaNya diangkat kembali dari kejatuhan dan dilayakkan untuk menjadi milik kepunyaanNya.
Dalam 1 Petrus 1:18, dikatakan kita sudah ditebus dari hidup kita yang sia-sia, yang kita warisi dari nenek moyang kita. Memang benar karena kesalahan satu orang, semua manusia sudah jatuh kedalam dosa. Kejatuhan manusia ini menyebabkan kehidupan manusia menjadi sia-sia, karena menurut Roma 6:23, mengatakan upah dosa adalah maut. Maut yang dimaksud adalah kebinasaan kekal, seperti barang yang sia-sia yang tidak berguna, dibuang di tempat sampah dan berakhir di pembakaran. Jika manusia berdosa tidak mau bertobat, maka neraka yaitu tempat penderitaan kekal akan menjadi bagiannya. Dalam 1 Petrus 1:18 juga menyatakan manusia yang percaya pada Tuhan sudah ditebus oleh Tuhan dengan darahNya sendiri. Begitu pula halnya dijelaskan dalam 1 Korintus 6:20, hidup kita sudah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Seperti halnya dimasa Perjanjian Lama, seorang budak dapat dibebaskan dengan menebus yaitu dengan cara membelinya. Namun Sejak Yesus mati di kayu salib dan bangkit, itulah cara Allah menebus manusia dari dosa, sehingga manusia bukan lagi menjadi hamba dosa dan maut tidak dapat menguasai manusia.
            Pada masa Taurat berlaku, manusia yang berdosa harus ditebus dengan darah dari korban binatang yang disembelih. Binatang yang dikorbankan sesuai dengan tingkat kehidupan sosial seseorang. Lembu untuk orang-orang yang kaya, kambing atau domba untuk orang-orang menengah, dan burung merpati atau tekukur bagi orang-orang miskin.  Didalam darah terdapat nyawa, jadi melalui darah yang mengalirlah yang dapat menebus orang dari dosa. Korban yang telah mati disembelih, adalah sebagai persembahan untuk pendamaian dengan Allah sehingga jika diperkenankan Allah, dosa seseorang dihapuskan. Oleh sebab itu, sebagai orang percaya kita yang hidup sekarang ini, tidak boleh memakan darah dari binatang apapun.
Korban binatang sebagai penghapus dosa yang dilakukan pada zaman Taurat, adalah gambaran dari penebusan yang dilakukan Yesus bagi kita. Yesus adalah korban yang darahNya tercurah untuk pendamaian hidup manusia dengan Allah, sehingga manusia yang berdosa dihapus dosa-dosanya (Yohanes 1:29). Bagaimana caranya agar hidup kita yang berdosa dipulihkan Tuhan? Dalam Yohanes 3:16, mengatakan bahwa setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, tidak akan binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal yaitu mendapat keselamatan dari Allah.
Kita yang percaya Kepada Yesus adalah orang-orang yang telah ditebus menjadi milik kepunyaan Tuhan. Siapapun yang menjadi milik Tuhan, hidupnya ada dalam tanganNya yang berkuasa memelihara dan melindungi hidup kita selama kita didunia bahkan sampai akhir hidup kita di dunia. Sebagai “orang percaya” kita harus melakukan apa yang menjadi kehendakNya bagi kebaikan kita juga. Kita harus mengikuti teladan Yesus, seperti Yesus memberi diriNya dibaptis kitapun harus memberi diri dibaptis sebagai tanda kita mau mati terhadap dosa dan bangkit dalam hidup yang baru  (dilahirkan kembali).
Setelah hidup kita ditebus dari cara hidup yang lama sebagai hamba dari dosa, maka hidup yang baru adalah bagi Tuhan, kita menjadi hamba Kristus yang siap melakukan kehendakNya. Kita harus mempertahankan hidup yang baru dan menjadi berkat bagi banyak orang dengan menjadi garam dan terang dunia yang belum mengenal Yesus. Setelah hidup kita menjadi milik Tuhan, bukan berarti hidup kita tidak akan mengalami tantangan, justru seperti dalam Roma 8:36 kita akan mengalami banyak tantangan dan rintangan. Yohanes 10:8 mengatakan bahwa banyak “pencuri “ yang akan berusaha mencuri hidup kita dari tangan Allah. Oleh sebab itu jangan sekali-kali kita keluar dari tanganNya yaitu kehendakNya, seperti Adam dan Hawa mengalami kejatuhan, tetapi kita harus ada dalam jalanNya sehingga kita selalu dalam perlindungan bahkan menjadi pemenang-pemenang (Roma 8:37). Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus, dalam keadaan kesulitan apapun Tuhan Yesus tidak akan membiarkan kita berjuang sendiri. Pahlawan-pahlawan iman yang ditulis dalam Alkitab membuktikan perlindungan Tuhan yang nyata; seperti Sadrakh, Mesakh, Abednego, dan Daniel karena iman mereka yang teguh kepada Allah, maka keselamatan menjadi bagian hidup mereka.
Marilah kita yang sudah ditebus dari dosa-dosa dan telah menjadi milik Tuhan, tetaplah mempertahankan dan mengerjakan keselamatan yang Tuhan sudah beri. Kita hidup atau mati hanyalah untuk Tuhan, karena kita adalah milik Tuhan. Persembahkanlah hidup kita hanya bagi Tuhan yang sudah menyelamatkan hidup kita. Tuhan Yesus memberkati!

KEBEBASAN YANG DIKENDALIKAN FIRMAN TUHAN


Ringkasan Khotbah Ibadah I, Minggu, 14 Desember 2008
“KEBEBASAN YANG DIKENDALIKAN FIRMAN TUHAN”
Oleh : Bpk. Pdt. R. Timotius Kastanya
Ayat Pokok : Yohanes 17:17-19

Sesuai dengan perjalanan kehidupan kita ini, tentunya semakin hari usia kita bukanlah kearah yang lebih muda, namun semakin tua. Bertambahnya usia tidaklah menentukan kerohanian seseorang semakin bertambah dewasa. Kerohanian kita dapat saja tidak bertumbuh, tidak mengalami perubahan apa-apa, atau stagnasi. Bertahun-tahun mengiring Tuhan namun tidak ada sesuatu yang bertambah, seperti orang yang belum dewasa dalam Tuhan. Kalau kita mengalami hal demikian, maka marilah kita introspeksi diri kita kembali.

Kalau kita perhatikan dalam Yohanes 17, ini merupakan doa dari Tuhan Yesus untuk gereja-Nya. Gereja yang lahir dari Yesus sendiri yaitu dari peristiwa di kayu salib dengan ditandai dengan darah dan air (seperti tanda kelahiran bayi yang ditandai dengan darah dan air) demikianlah Gereja Tuhan yang lahir di Golgota pada peristiwa salib. Dan untuk Gereja-Nya, Yesus berdoa agar mereka mengalami pengudusan dari hari ke hari. Pengudusan ini tidak terjadi dengan begitu saja, pengudusan itu terjadi ketika kita mendengarkan Firman Tuhan.

Kenapa Gereja Tuhan harus mengalami pengudusan? Karena Gereja Tuhan-lah yang akan diutus untuk mengekspresikan salib kepada dunia agar keselamatan yang kita miliki melalui salib juga dimiliki dunia yang belum menerima-Nya.

Namun bagaimana caranya agar Gereja bisa mengekspresikan salib itu? Dalam hal ini Yesus memberikan suatu teladan kepada murid-murid-Nya atau Gereja Tuhan yaitu melalui pengalaman hidupNya sendiri (lihat Yohanes 17:19). Jadi Gereja akan mampu mengekspresikan salib melalui cara hidup Gereja itu sendiri dan dengan cara seperti ini maka Gereja akan menjadi saksi bagi dunia. Dengan kata lain, setelah Gereja Tuhan mengalami pengudusan melalui Firman Tuhan Gereja akan diutus kepada dunia.

Apa yang dikuduskan disini bicara tentang kebebasan hidup yang kita miliki, misalnya, mata yang kita miliki bebas untuk dapat melihat, mulut bebas untuk berbicara, telinga yang bebas mendengar dan anggota-anggota tubuh lainnya yang bebas untuk kita pergunakan. Kita sebagai Gereja Tuhan harus bisa menggunakan kebebasan kita untuk bersaksi kepada dunia dan hendaknya kebebasan yang kita miliki ini harus dikendalikan dengan Firman Tuhan.

Hal-hal yang harus dikendalikan oleh Firman Tuhan :
a.      Mata (lihat Matius 7:1-3)
Mata memang berfungsi untuk melihat dan inipun tidak terbatas karena kita dapat melihat apa saja yang kita mau lihat, namun manusia memiliki kecenderungan untuk melihat kekurangan yang orang lain miliki. Dalam hal ini dengan tidak langsung kita dapat menghakimi seseorang, padahal kita sudah tahu bahwa penghakiman itu haknya Tuhan. Jadi, kita sudah mengambil atau mencuri apa yang menjadi haknya Tuhan.
Sebab itulah orang percaya harus mampu menekan kebebasannya untuk melihat dengan kebenaran Firman Tuhan sehingga kita bukan melihat seseorang hanya hal-hal buruknya saja melainkan dari sisi baiknya juga.
b.      Mulut (lihat Yakobus 3:10)
Sebagai orang percaya yang keluar dari mulut kita seharusnya bukan kutuk, melainkan kata-kata yang mengandung berkat. Namun banyak orang yang tidak sadar akan hal itu sehingga dari mulut mereka keluar kata-kata yang menyakitkan hati orang lain. Sebagai orang percaya kita harus bisa memuji Tuhan dan dari mulut kitalah, Gereja Tuhan, keluar pujian dan penyembahan dari dasar hati kita. Dan penyembahan yang sangat disukai Tuhan adalah penyembah didalam Roh dan Kebenaran. Oleh karena itu, mulut kita bukanlah digunakan untuk ber”gossip” atau menjelekkan orang lain tetapi untuk memuji Tuhan.
c.      Telinga (lihat Pengkhotbah 1:8)
Dikatakan bahwa telinga itu tidak akan pernah puas untuk mendengar dan hal ini benar karena telinga adalah untuk mendengar. Namun tidak sedikit dari orang-orang yang karena suka “nguping” akhirnya menjadi penyambung lidah dan menyebarkan hal-hal yang seharusnya orang lain tidak perlu ketahui.
Beberapa kali Yesus oleh orangtuanya (Yusuf dan Maria) diajak ke Yerusalem untuk mendengarkan Firman Tuhan. Sebagai anak-anak Tuhan atau Gereja Tuhan seharusnya memiliki kebiasaan untuk mendengarkan Firman Tuhan seperti halnya Yusuf dan maria yang berkali-kali mengikuti suara Tuhan sehingga mereka selamat. Demikianlah kita hendaknya memiliki pendengaran yang dituntun oleh Firman Tuhan.
d.      Anggota tubuh lain (lihat Roma 6:13a)
Memang anggota tubuh ini adalh kepunyaan kita namun sebagai orang percaya hendaknya anggota tubuh ini kita gunakan bukan untuk melakukan dosa melainkan untuk menjadi saksi.

Jadi bentuk kebebasan bagi Gereja-Nya yang seperti apa yang Tuhan inginkan? I Korintus 14:33, yang Tuhan inginkan bukanlah kekacauan tetapi damai sejahtera, damai sejahtera yang menutupi segala kekacauan, juga kebebasan kita itu hendaknya bukan menjadi batu sandungan bagi orang lain.
I Korintus 8:9, dan kita harus berusaha menyenangkan hati semua orang. Jadi sebagai Gereja Tuhan yang akan menjadi saksi bagi dunia hendaknya kebebasan kita itu bertumpu pada Firman Tuhan bukan pada emosi (I Korintus 1:23-24). Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.

TITHING AND GIVING (PERSEPULUHAN DAN PERSEMBAHAN SUKARELA)


Ringkasan Khotbah Ibadah I, Minggu, 7 Desember 2008
“TITHING AND GIVING (PERSEPULUHAN DAN PERSEMBAHAN SUKARELA)”
Oleh : Pdt. R. Adi Sujaka (Malang, Jawa Timur)

Sebagai orang percaya, tidaklah cukup jika kita hanya sekedar mengikuti ibadah-ibadah yang sudah ditentukan, tetapi kita tidak melakukan hal-hal yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan. Tuhan ingin kita melakukan kebenaran Firman Tuhan, supaya hidup kita diberkati.
Kebenaran yang harus kita lakukan diantaranya adalah Tithing (persepuluhan) dan Giving (persembahan sukarela).

Kita akan mengetahui beberapa hal mengapa kita harus melakukan kedua hal tersebut?
1.      Tithing (persepuluhan)
Persepuluhan adalah memberikan sepersepuluh dari segala sesuatu yang Tuhan berikan kepada kita, jadi bukan sebagian dari seberapa yang kita miliki.
Di dalam Kejadian 28:22, Yakub berjanji akan memberikan sepersepuluhannya kepada Allah dari seluruh yang ia miliki, dan ini tentunya ini suatu kebenaran yang sudah dilakukan sebelumnya oleh nenek moyangnya yaitu Abraham (Kejadian 14:18-20). Hal persepuluhan adalah hal kebenaran yang harus kita ajarkan sampai kepada keturunan kita.

Apakah arti dari kita melakukan persepuluhan ?
Jika kita lihat dari Kejadian 14:18-20, dimana Abraham setelah selesai berperang dan mengalahkan raja-raja di Timur, dia memberikan sepersepuluh dari seluruh barang-barang yang dia dapat dari musuhnya. Sepersepuluhnya ia berikan kepada Imam Melkisedek yang pada saat itu memimpin bangsanya.

Pemberiannya (sepersepuluh) merupakan suatu wujud pengakuan Abraham kepada Allah bahwa:
  1. Allah adalah yang MAHA TINGGI.
  2. Allah yang berhak memiliki segala sesuatunya.
  3. Allahlah yang menjadi sumber berkat yang akan memberkati umatNya, yaitu melalui pelayanan dari hamba-hamba Tuhan.

Untuk apa kita melakukan persepuluhan ?
Dalam perjanjian lama, suku Lewi yang melayani dalam Kemah Tuhan (Kemah suci) tidaklah mendapat bagian tanah Kanaan seperti 11 suku Israel yang lain, oleh sebab itu mereka harus memberi persepuluhan kepada suku Lewi. Persepuluhan ditetapkan Allah menjadi bagian dikhususkan untuk suku Lewi yang melayani Kemah Suci (Bilangan 18:21-24). Hal persepuluhan ini tidak berhenti pada masa Perjanjian Lama, dalam masa Perjanjian Baru pun kebenaran ini harus terus dilakukan. Seperti di dalam  I Korintus 9:13-14, persepuluhan diberikan kepada hamba-hamba Tuhan yang melayani di Rumah Tuhan.

Kepada Siapa kita memberikan sepersepuluhan ?
Banyak Anak-anak Tuhan yang salah mengunakan persepuluhan mereka. Mereka berpikir persepuluhan itu dapat diberikan kepada siapa saja yang mereka kehendaki, yang mereka anggap baik untuk diberikan, misalkan kepada orang-orang miskin. Hal memberi tidaklah salah, tetapi mengenai persepuluhan haruslah dilakukan sesuai dengan Firman Tuhan. Persepuluhan itu seharusnya  diberikan kepada orang yang memiliki otoritas Spiritual yang sudah ditempatkan Tuhan diatas kehidupan kita (Ibrani 7:4-6). Dalam hal ini adalah Hamba Tuhan atau gembala yang melayani dimana tempat kita berjemaat, jadi bukan diberikan kemana-mana. Kalaupun kita ingin memberi kepada yang lain atau untuk hal lain, itu dilakukan setelah kita melakukan kewajiban sepersepuluhan kita kepada Gembala kita. Kita harus melakukan kebenaran yang sesuai dengan Firman Tuhan, agar kita tidak keliru dan kita mendapat  berkat dan kebahagiaan.

Garis otoritas pada bangsa Israel  yaitu :   
11 suku Isrel -> sukuLewi -> Harun.
Hal ini juga diterapkan dalam Gereja kita GPdI, dalam kewajiban memberi persepuluhan yaitu :  
Jemaat -> Gembala -> Majelis Wilayah -> Majelis Daerah -> Majelis Daerah -> Majelis Pusat.

2.      Giving (Persembahan sukarela)
Persembahan lain yang seharusnya juga kita lakukan adalah memberikan persembahan sukarela. Persembahan ini diberikan setelah kita memberikan persepuluhan. Persembahan ini disebut  “persembahan sukarela“ karena bersifat free will offering (menurut kehendak bebas seseorang)  dan hal ini berhubungan dengan tingkat pertumbuhan rohani seseorang. Semakin seseorang bertumbuh dalam Tuhan, maka semakin ia mengerti kebenaran dalam hal memberi.
Giving ini meliputi :
-          Persembahan dari hasil pertama / buah sulung (Bilangan         18:12, Ulangan 18:4)
-          Persembahan syukur / nazar (Mazmur 50:14)
-          Persembahan untuk menunjang  penginjilan (Filipi 4 : 15-16)
-          Persembahan Diakonia merupakan pelayanan kasih untuk orang-orang yang kekurangan (II Korintus 9:12)
-          Persembahan khusus lainnya, sesuai dengan kebutuhan dalam jemaat

Janji Tuhan itu ya dan Amin, Ia adalah Allah yang setia dan adil, Ia tidak pernah mengingkari janjiNya. Kepada orang yang suka memberi, Allah tidak pernah mau berhutang, Ia akan membalas segala apa yang kita perbuat.
Memberi yang Tuhan kehendaki adalah berdasarkan kasih yang lahir dari hati yang tulus dan tahu dengan benar tentang kebenaran Firman Tuhan. Jika kita mengenal Allah dengan benar, kita akan memiliki sifat Allah tersebut yaitu Sifat “Pemberi”, apapun keadaan kita.

Contoh  orang-orang yang suka memberi :
-          Raja Daud (1 Tawarikh 29)
-          Jemaat Makedonia (II Korintus 8:1-5)
-          Janda miskin (Markus 12:41-44)

Janji-Janji Tuhan berlaku bagi orang yang melakukan Firman Tuhan, yaitu dalam hal memberi :
-          Dipelihara Tuhan dalam masa yang sukar (1 Raja-raja 17:16)
-          Tuhan menjawab pergumulan dan keinginannya (II Raja-raja 4:13-17)
-          Tuhan memberi upahnya, sekecil apapun pemberiannya (Matius 10:42)
-          Diluputkan dari celaka, dilindungi, dipelihara nyawanya, diberi kebahagiaan, dipulihkan penyakitnya dengan sempurna (Mazmur 41:2-4 , Maleakhi 3:10-12)
-          Ukuran yang diberikan Tuhan kepadanya, sesuai dengan apa yang ia berikan (Lukas 6 :38)
-          Menabur sedikit  menuai sedikit, menabur banyak  menuai banyak (II Korintus 9:6)

Milikilah sifat Allah yang suka memberi, sehingga kita menjadi Anak Tuhan yang tahu memberi (be a Giver), maka Tuhan akan mencurahkan berkatnya sesuai dengan Janji FirmanNya, Amin.

RAHASIA KELUARGA YANG DIBERKATI DAN BERHASIL


Ringkasan Khotbah Ibadah I, Minggu, 30 November 2008
“RAHASIA KELUARGA YANG DIBERKATI DAN BERHASIL”
Oleh : Bpk. Pdt. R. Timotius Kastanya
Ayat Pokok : YOSUA 24 : 14 – 15

Dalam ayat ini Yosua sebagai pemimpin bangsa Israel memberikan suatu pilihan kepada bangsa yang dipimpinnya, yaitu apakah mereka akan beribadah kepada allah nenek moyang mereka, atau allah orang Amori yang negerinya mereka duduki, ataukah kepada Allah yang sudah membebaskan mereka dari tanah perbudakan yaitu tanah Mesir?
Namun Yosua mengambil keputusan, bahwa apapun yang menjadi pilihan bangsa Israel, Yosua mengambil keputusan bahwa Ia dan seisi rumahnya (keluarganya) akan tetap beribadah kepada Tuhan. Yosua mengambil keputusan ini karena ia memiliki ketetapan hati sejak dari awal ia memimpin bangsa Israel, Ia menjalankan dengan setia apa yang Tuhan perintahkan. Perintah yang diberikan Tuhan kepada Yosua adalah (Yosua 1 : 1 - 9):
1.       Tetap memiliki hati yang kuat dan teguh
2.       Jangan kecut dan tawar hati
3.       Jangan lupa memperkatakan kitab Taurat dan merenungkannya siang dan malam, supaya Yosua dapat bertindak hati-hati sesuai dengan Firman Tuhan yang disampaikan melalui Musa
4.       Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya ada keberuntungan kemanapun ia pergi

Tuhan mengatakan apabila semua ini dilakukan Yosua, maka perjalanan hidup Yosua akan berhasil dan beruntung. Yosua melakukan apa yang Tuhan perintahkan, sehingga pelayanan Yosua secara global dapat dikatakan berhasil. Salah satu contoh keberhasilan yang diraih adalah dalam Yosua 6 : 1 - 27, yaitu tembok musuh yang kuat yaitu tembok Yerikho dapat diruntuhkan.

            Memang ditengah-tengah perjalanan Yosua dan bangsa Israel, mereka alami kegagalan juga, yaitu pada saat mereka berperang di kota “Ai” (Yosua 7). Kekalahan bangsa Israel dimulai pada saat mereka  meremehkan musuh karena mereka beranggapan kota Ai adalah kota yang kecil dengan penduduk yang sedikit pula. Sumber utama penyebab kekalahan Israel adalah adanya seorang yang bernama Akhan (dari suku Yehuda) yang melanggar perintah Tuhan, dimana Akhan mengambil barang-barang yang dikhususkan oleh Tuhan (Yosua 6 : 18, Yosua 7 : 1). Namun Yosua mengadakan pemberesan, ia bertindak menghukum Akhan, sehingga Tuhan berkenan kembali kepada Israel dan mereka dapat mengalahkan kota Ai dan membinasakannya. Pada akhirnya Israel dengan pimpinan Yosua, dapat merebut tanah-tanah musuh di Kanaan yaitu tanah perjanjian, yang akan menjadi milik Pusaka bangsa Israel.

Dalam Yosua 24:1-28, penekanannya adalah tentang beribadah kepada Tuhan. Seperti halnya dengan Yosua, walau apapun yang terjadi, satu keputusan yang harus kita diambil adalah kita harus tetap beribadah kepada Tuhan. Dalam ayat-ayat ini dapat kita lihat bagaimana Yosua juga mengasihi keluarganya dan bagaimana ia memenuhi tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga yang melindungi keluarganya. Yosua menjalankan perannya sebagai :
-          Nabi, yang harus menasehati dan mengarahkan keluarga
-          Imam, yang terus menerus mendoakan (doa syafaat) untuk  keluarganya
Kita dapat lihat contoh yang baik dalam kehidupan Ayub, ia juga menjalankan tugasnya sebagai kepala rumah tangga dengan baik (Ayub 1 : 4 - 5).
           
Di akhir dari zaman akhir ini, sesuai dengan Firman Tuhan dalam 2 Timotius 3 : 1 - 4, kita akan melihat keadaan dari orang-orang yang tidak sungguh-sungguh dalam beribadah (Ayat 5). Dimasa yang sukar, orang yang tidak sungguh-sungguh beribadah akan serupa dengan orang yang tidak mengenal Tuhan, dimana mereka mencintai diri sendiri, menjadi hamba uang, berontak terhadap orang tua, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, tidak dapat mengekang diri, tidak memperdulikan agama, dlsb. Orang tua yang tidak sungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan, akan menjadi seperti apa yang sudah disebutkan diatas. Akhir-akhir ini banyak orang tua yang tidak bertanggung jawab dan tidak menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Hal ini dapat membuat banyak keluarga yang berantakan bahkan mengalami kehancuran. Yosua adalah contoh yang baik sebagai pemimpin bangsa dan juga bagi keluarganya. Suatu tekad untuk tetap beribadah dengan sungguh-sungguh membuat Yosua dapat membawa keberhasilan bagi bangsa dan keluarganya.
Bagaimana caranya agar kita dan keluarga kita bisa meraih keberhasilan?
1.      Yosua 24:2-3, bandingkan Kejadian 18:17-19
Yaitu hidup menurut Jalan yang ditentukan oleh Tuhan. Ulangan 6:7, Amsal 13:24, dan 19:18. Kita harus hidup terus menerus didalam kebenaran Firman Tuhan, menjadi pelaku-pelaku Firman yang dapat menjadi teladan yang baik dan dapat mengajarkan kepada anak-anak secara terus menerus. Kapanpun dimanapun kita wajib menasehati, mengajarkan anak-anak sesuai dengan Firman Tuhan. Mendidik anak itu dimulai dari anak dikandungan Ibu, dimana cara hidup Ibu ataupun Ayah sesuai dengan Firman Tuhan.
2.      Ulangan 4:9
Yaitu melakukan kebenaran dan keadilan. Kedua hal ini harus dilakukan dengan seimbang. Didalam suatu keluarga, baik orang tua maupun anggota keluarga seharusnya semua melakukan kebenaran-kebenaran yang diajarkan Firman Tuhan. Orang tua tidak hanya menuntut anaknya saja yang harus menurut Firman Tuhan, sebaliknya anak pun tidak boleh menuntut orang tua saja tapi tidak memperhatikan keadaan sendiri, masing-masing harus memiliki sikap adil. Termasuk didalamnya, orang tua juga harus bersikap adil dalam mengasihi semua anak-anaknya.

Yosua adalah keturunan Abraham, bapa orang percaya. Dengan kepercayaan dan ketaatannya kepada Tuhan, berkat Abraham dirasakan pula oleh Yosua. Begitu pula halnya dengan kita, jika cara hidup kita seperti Abraham dan Yosua, maka berkat dan keberhasilan akan menjadi milik kita. Tuhan Yesus akan memberkati secara pribadi bahkan keluarga kita yang sungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan, yaitu menjadi pelaku-pelaku Firman Tuhan.

TERLEPAS DARI PIKIRAN IBLIS


Ringkasan Khotbah Ibadah I, Minggu, 23 November 2008
“TERLEPAS DARI PIKIRAN IBLIS”
Oleh : Bpk. Pdt. R. Timotius Kastanya
Ayat Pokok : Lukas 13 : 10-13, & 16

Ayat-ayat ini menjelaskan suatu peristiwa dalam pelayanan Yesus. Salah satu ciri khas dari Yesus adalah tidak pernah melewatkan jam-jam ibadah, Ia selalu datang ke rumah ibadah. Pada saat yang bersamaan ketika Yesus sedang ada di rumah ibadah, disitu juga ada seorang wanita yang sudah 18 tahun di ikat oleh kuasa iblis, dalam ayat 16 mengatakan bahwa ia adalah keturunan Abraham, berarti ia adalah orang Israel yang mempunyai suatu kebiasaan yaitu menguduskan hari Sabat. Bagi orang Yahudi Sabat tidak bisa dipungkiri keberadaannya, karena itu setiap hari Sabat mereka pasti berusaha untuk berada di dalam rumah ibadah. Dari sini dapat kita ketahui bahwa selama hidup wanita ini ia tetap beribadah tetapi tetap juga masih terikat dengan kuasa iblis. Wanita ini secara rutin beribadah, tetapi tidak mengalami kuasa dari setiap ibadah itu.

            Melalui Firman Tuhan ini, datang pertanyaan dalam hidup kita, sudah berapa lama kita mengikut Tuhan dan beribadah kepadanya? Tapi dalam hal itu, Roh apakah yang menguasai hidup kita ini, apakah roh jahat atau Roh yang baik? Dalam peristiwa ini, dikatakan bahwa roh iblis yang mengikatnya dan membuatnya menjadi bungkuk. Ketika wanita ini membiarkan dirinya bersahabat dengan roh iblis, yaitu hidup dikuasai oleh keinginan daging, maka roh iblis itu membuat tubuhnya sedikit demi sedikit semakin membungkuk. Kebungkukkan ini suatu proses, sampai kepada keadaan dimana ia benar-benar tidak dapat berdiri dengan tegak lagi. Ini tentunya terjadi karena ia membiarkan roh iblis menguasai kehidupannya, ini membuat ia tidak sadar akan keberadaan dari dirinya sendiri.

            Hal ini dapat menjadikan cermin bagi kehidupan kita secara pribadi, apakah kita menyadari dan tahu roh apa yang sedang menguasai hidup kita. Seperti di dalam Galatia 5:19-21, Jika kita masih dikuasai oleh segala rupa keinginan daging yaitu ; percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora, dan lain sebagainya, itu berarti kita tidak mau memberi diri kita dipimpin oleh Roh Kudus. Keadaan ini dapat membuat roh iblis mengikat kehidupan seseorang, bahkan membuat orang tersebut tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga. Jika kita seringkali lebih menuruti keinginan diri kita dan tidak menuruti kehendak Tuhan, maka kita hidup di luar  Tuhan, iblis akan mengikat kehidupan kita. Tetapi jika kita mau mengikuti kehendak Tuhan, maka kehidupan kita dipimpin oleh Roh Kudus yang membuat kita berbuah hal-hal yang baik (Galatia 5 : 22-23).

            Berbicara tentang “berdiri tegak“ adalah sikap iman yang kuat atau kerohanian yang bertumbuh. Tetapi jika kita dikuasai oleh roh iblis, itu akan membuat kita seperti orang yang “bungkuk“ yaitu sikap iman atau kerohanian yang tidak tegak/bengkok. Apa yang menyebabkan orang menjadi bungkuk secara rohani?
Ada 2 hal penyebab “kebungkukkan” didalam Matius 13 : 22-23 :
1.      Kekuatiran
Kekuatiran seringkali muncul dalam hati manusia. Ada kekuatiran akan apa yang akan kita makan, minum, dan pakai (kebutuhan-kebutuhan hidup manusia pada umumnya).
Dalam Amsal 12:25a berkata “Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang”, jadi kekuatiran inilah yang membuat kebungkukkan atau ganguan kepada pertumbuhan iman atau kerohanian seseorang. Kekuatiran dapat menyerang siapapun, tanpa terkecuali termasuk orang-orang yang secara rutin datang beribadah. Oleh sebab itu di dalam Matius 6:25-34, Yesus mengingatkan bahwa burung di udara dan bunga bakung pun Tuhan pelihara dan dandani, apalagi kita manusia yang lebih berharga dimata Tuhan. Dalam ayat 33 merupakan kunci agar kita tidak mengalami kekuatiran yaitu mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya. Maksudnya disini adalah kita belajar mengutamakan Tuhan dan mencari kebenaran, sehingga segala sesuatu yang kita perlukan, baik kebutuhan tubuh, jiwa, dan  roh kita dijamin oleh Tuhan. Prinsip Ora Et Labora yaitu berdoa dan bekerja harus kita terapkan, berdoa lebih dahulu baru bekerja.
2.      Tipu daya kekayaan
Seringkali segala hal yang dunia tawarkan, berusaha mengalihkan kita daripada Tuhan. Di dalam 1 Yohanes 2:16, Mengatakan bahwa tipu daya itu berupa keinginan daging, keingan mata, dan keangkuhan hidup. Yesus pun dicobai oleh iblis setelah ia berpuasa selama 40 hari (Matius 4 : 1-11). Iblis berusaha menggoda Yesus dengan hal-hal yang ada di dunia, yaitu menawarkan makanan pada saat lapar, mencoba sampai dimana penguasaan diri Yesus, dan menawarkan kekayaan, serta kedudukan. Yesus menangkal segala godaan dengan kebenaran Firman Tuhan. Sebagai anak-anak Tuhan biarlah kita memiliki kebenaran itu, agar kita dapat mengatasi segala tantangan dari dunia dan si iblis.

Jika seseorang sudah terikat dengan roh jahat, orang tersebut memerlukan jamahan Tuhan. Seperti wanita didalam Lukas 13 tadi, ia mengalami kebungkukkan selama 18 Tahun. Ini termasuk dalam kurun waktu yang lama, tetapi Tuhan Yesus melihat ia tetap berada di rumah Tuhan, oleh sebab itu lawatan Tuhan datang menjamah kehidupannya, ia disembuhkan dari kebungkukkannya atau dilepaskan dari ikatan iblis. Tuhan memiliki waktu yang tepat, ia akan melawat orang-orang yang sakit secara jasmani atau rohani, yang setia beribadah kepada Tuhan.

Ada dua hal yang akan membuat iman kepercayaan kita bisa berdiri  tegak, sikap hidup kita tegak tidak seperti orang yang bungkuk, yaitu :
a.      Kolose 3 : 1-2
Memikirkan perkara- perkara yang diatas, yaitu pikiran-pikiran yang baik yang tentunya datang dari Tuhan atau yang sesuai dengan kehendak Tuhan yang terdapat dan tertulis FirmanNya.
b.      Ibrani 12 : 1-2
Menanggalkan beban dan segala dosa yang dapat merintangi kita. Dalam kita mengiring Tuhan kita mau melakukan kehendakNya dengan mata yang tertuju/fokus kepada Tuhan.

Puji Tuhan, peganglah Firman Tuhan ini, sehingga kita terbebas dari ikatan si iblis yaitu kekuatiran dan tipu daya yang dunia tawarkan. Tuhan Yesus memberkati kita semua!

MENJAGA KASIH KARUNIA ALLAH


Ringkasan Khotbah Ibadah I, Minggu, 16 November 2008
“MENJAGA KASIH KARUNIA ALLAH”
Oleh : Pdt. Charles Silaban
Ayat Pokok : Ibrani 12 : 15

Dalam ayat ini dapat kita lihat bagaimana Paulus dengan jelas berbicara kepada orang-orang ibrani. Disini Paulus berbicara agar orang-orang yang sudah menerima kasih anugrah dari Allah agar tetap mempertahankannya. Kenapa kasih karunia itu harus selalu kita jaga agar kita jangan sampai keluar dari padanya? Ternyata dampak yang akan dihasilkan ketika kita keluar dari kasih karunia Allah adalah:
1.       Akan timbul akar pahit
2.       Kerusuhan, dan
3.       Mencemarkan banyak orang

Ternyata saat kita meninggalkan atau menjauhkan diri dari kasih karunia Allah berdampak tidak hanya bagi kehidupan kita sendiri tetapi juga berdampak bagi kehidupan orang lain. Coba bayangkan akan terjadi kerusuhan; itu adalah suatu kekacauan yang akan melibatkan dan merugikan kehidupan orang lain bahkan sampai dikatakan akan mencemarkan orang banyak. Oleh sebab itu pengalaman kekristenan kita tidak boleh berhenti begitu saja apalagiharus mengalami kemunduran atau kemerosotan. Jadi kekristenan kita harus terus maju dan maju. Bukan kekristenan yang stagnasi atau berhenti.

Bagaimana caranya agar kekristenan kita terus menerus maju atau kasih karunia Allah bisa terus menerus kita nikmati? Ada beberapa hal yang harus kita lakukan:
1.      Menanggalkan dosa yang merintangi kita
Dalam pengiringan kita kepada Tuhan, karakter dan watak yang lama itu sering datang kembali. Memang keselamatan itu sudah kita terima dalam sekejap, namun dalam prosesnya, keimanan kita itu harus terus menerus mengalami pembaharuan dari hari ke sehari, sehingga tidak terjadi stagnasi atau proses pembaharuan watak dan karakter yang terus menerus diperbaharui. Dalam satu sisi Paulus mengatakan bahwa kita harus menanggalkan segala beban dosa yang merintangi kita dan disatu sisi yang lain kita harus terus menerus mengalami pertumbuhan dan pembaharuan. Siapa yang harus mengambil inisiatif untuk mengalami pembaharuan itu? Bukan orang lain yang jelas adalah kita sendiri. Iman kita akan terbantut mati kalau kita tidak mengalami proses pembaharuan ini (Kolose 3:10). Coba kita lihat Markus 10:49-50, bagaimana Bartimeus mengambil inisitif untuk meninggalkan jubahnya yaitu kehidupan yang lama. Berdasarkan Lukas 15:22, ketika kita meninggalkan jubah yang lama dan datang kepada Bapa, maka Tuhan akan menggantikannya dengan jubah yang baru yang jauh lebih indah.

2.      Memfokuskan diri hanya kepada Tuhan Ibrani 12 : 2
Dalam perjalanan iman kita, biarlah kita hanya fokus kepada Tuhan yaitu dengan mata yang tertuju kepada Yesus yang akan memimpin iman kita kepada kesempurnaan, dst. Jadi kita jangan melenceng atau berubah kepada hal-hal lain, namun biarlah hanya Tuhan yang menjadi tujuan atau sasaran kita karena Dia akanmembawa iman kita kepada kesempurnaan. Coba kita lihat dalam 2 Petrus 1:5-9. Bagaimana Tuhan menginginkan iman kita itu bertumbuh dan disertai dengan 7 karakter iman yaitu kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara dan kasih akansemua orang. Jadi ada harga yang harus kita bayar agar iman kekristenan kita terus menerus bertumbuh di dalam Tuhan.

3.      Masuk ke dalam areal disiplin Tuhan,  Ibrani 12 : 3
Lihat bagaimana biIa tekun menanggung bantahan yang hebat tentang diriNya dari pihak orang-orang berdosa, bandingkan Ibrani 12:6, bagaimana Tuhan menghajar dan menyesah orang-orang yang diakuiNya sebagai anak. Jadi jangan kita menjadi kecewa ketika kita masuk dalam area Tuhan. Mungkin daging kita menolak proses itu namun ituadalah baik bagi kita. sama halnya dengan seorang bapa atau orangtua yang menghajar anaknya karena salah, namun bapa menghajar anak bukan karena membenci tetapi karena mengasihi anak tersebut. Jadi siapapun kita, kita akan masuk dalam area Tuhan. I Korintus 10:13, pencobaan yang kita alami tidak melebihi kekuatan kita, hal ini yang akan menyemangati kita dalam kita menerima proses dari Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati kita sekalian Amin.

MENJAGA KASIH KARUNIA ALLAH


Ringkasan Khotbah Ibadah I, Minggu, 16 November 2008
“MENJAGA KASIH KARUNIA ALLAH”
Oleh : Pdt. Charles Silaban
Ayat Pokok : Ibrani 12 : 15

Dalam ayat ini dapat kita lihat bagaimana Paulus dengan jelas berbicara kepada orang-orang ibrani. Disini Paulus berbicara agar orang-orang yang sudah menerima kasih anugrah dari Allah agar tetap mempertahankannya. Kenapa kasih karunia itu harus selalu kita jaga agar kita jangan sampai keluar dari padanya? Ternyata dampak yang akan dihasilkan ketika kita keluar dari kasih karunia Allah adalah:
1.       Akan timbul akar pahit
2.       Kerusuhan, dan
3.       Mencemarkan banyak orang

Ternyata saat kita meninggalkan atau menjauhkan diri dari kasih karunia Allah berdampak tidak hanya bagi kehidupan kita sendiri tetapi juga berdampak bagi kehidupan orang lain. Coba bayangkan akan terjadi kerusuhan; itu adalah suatu kekacauan yang akan melibatkan dan merugikan kehidupan orang lain bahkan sampai dikatakan akan mencemarkan orang banyak. Oleh sebab itu pengalaman kekristenan kita tidak boleh berhenti begitu saja apalagiharus mengalami kemunduran atau kemerosotan. Jadi kekristenan kita harus terus maju dan maju. Bukan kekristenan yang stagnasi atau berhenti.

Bagaimana caranya agar kekristenan kita terus menerus maju atau kasih karunia Allah bisa terus menerus kita nikmati? Ada beberapa hal yang harus kita lakukan:
1.      Menanggalkan dosa yang merintangi kita
Dalam pengiringan kita kepada Tuhan, karakter dan watak yang lama itu sering datang kembali. Memang keselamatan itu sudah kita terima dalam sekejap, namun dalam prosesnya, keimanan kita itu harus terus menerus mengalami pembaharuan dari hari ke sehari, sehingga tidak terjadi stagnasi atau proses pembaharuan watak dan karakter yang terus menerus diperbaharui. Dalam satu sisi Paulus mengatakan bahwa kita harus menanggalkan segala beban dosa yang merintangi kita dan disatu sisi yang lain kita harus terus menerus mengalami pertumbuhan dan pembaharuan. Siapa yang harus mengambil inisiatif untuk mengalami pembaharuan itu? Bukan orang lain yang jelas adalah kita sendiri. Iman kita akan terbantut mati kalau kita tidak mengalami proses pembaharuan ini (Kolose 3:10). Coba kita lihat Markus 10:49-50, bagaimana Bartimeus mengambil inisitif untuk meninggalkan jubahnya yaitu kehidupan yang lama. Berdasarkan Lukas 15:22, ketika kita meninggalkan jubah yang lama dan datang kepada Bapa, maka Tuhan akan menggantikannya dengan jubah yang baru yang jauh lebih indah.

2.      Memfokuskan diri hanya kepada Tuhan Ibrani 12 : 2
Dalam perjalanan iman kita, biarlah kita hanya fokus kepada Tuhan yaitu dengan mata yang tertuju kepada Yesus yang akan memimpin iman kita kepada kesempurnaan, dst. Jadi kita jangan melenceng atau berubah kepada hal-hal lain, namun biarlah hanya Tuhan yang menjadi tujuan atau sasaran kita karena Dia akanmembawa iman kita kepada kesempurnaan. Coba kita lihat dalam 2 Petrus 1:5-9. Bagaimana Tuhan menginginkan iman kita itu bertumbuh dan disertai dengan 7 karakter iman yaitu kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara dan kasih akansemua orang. Jadi ada harga yang harus kita bayar agar iman kekristenan kita terus menerus bertumbuh di dalam Tuhan.

3.      Masuk ke dalam areal disiplin Tuhan,  Ibrani 12 : 3
Lihat bagaimana biIa tekun menanggung bantahan yang hebat tentang diriNya dari pihak orang-orang berdosa, bandingkan Ibrani 12:6, bagaimana Tuhan menghajar dan menyesah orang-orang yang diakuiNya sebagai anak. Jadi jangan kita menjadi kecewa ketika kita masuk dalam area Tuhan. Mungkin daging kita menolak proses itu namun ituadalah baik bagi kita. sama halnya dengan seorang bapa atau orangtua yang menghajar anaknya karena salah, namun bapa menghajar anak bukan karena membenci tetapi karena mengasihi anak tersebut. Jadi siapapun kita, kita akan masuk dalam area Tuhan. I Korintus 10:13, pencobaan yang kita alami tidak melebihi kekuatan kita, hal ini yang akan menyemangati kita dalam kita menerima proses dari Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati kita sekalian Amin.

TETAP MENJADI TEGAR DI MASA YANG SUKAR


Ringkasan Khotbah Ibadah I, Minggu, 26 Oktober 2008
“TETAP MENJADI TEGAR DI MASA YANG SUKAR”
Oleh : Pdt. Mantje Maniku
Ayat Pokok : Amsal 11 : 8

Dari Ayat pokok dapat kita ketahui, bahwa kehidupan orang benar tidaklah terlepas dari kesukaran dan kesusahan sama seperti orang fasik juga. Tuhan tidak pernah menjanjikan kemudahan dan kemulusan dalam kita mengiring Tuhan, seperti berjalan di jalan tol yang bebas hambatan. Namun ada keistimewaan bagi orang benar, yaitu Tuhan berjanji akan memberi kekuatan, ketegaran, dan keselamatan ketika kita menghadapi kesukaran itu.

Paulus juga pernah memperingatkan kepada Timotius (2 Timotius 3:1), bahwa pada hari- hari terakhir akan ada masa-masa yang sukar. Hal ini sudah dituliskan sebelumnya oleh Nabi Yeremia (Yeremia 17:17-18), dimana akan ada kehancuran yang dahsyat, yang akan menimpa orang-orang yang tidak percaya. Dikatakan dalam ayat tersebut “Kehancuran berganda” (Dalam terjemahan lain ditulis kehancuran 2 kali pecah), dan ini tentunya akan berdampak luar biasa bagi banyak orang. Namun dapat kita bandingkan dengan kehidupan orang benar dalam Amsal 4:18, “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari“. Ini berarti jalan orang yang benar, yang hidupnya mau seturut kehendak Tuhan, kian hari pasti kian bertambah, bukan diam ditempat ataupun mundur, tetapi terus maju. Oleh sebab itu jika kita mau hidup berkemenangan, kita harus hidup di dalam Yesus yang mau melakukan FirmanNya. Kekuatan akan Tuhan berikan ketika kita hidup melakukan FirmanNya.

Bagaimana caranya agar kita memperoleh kekuatan ditengah- tengah masa yang sukar ?
1.      Pasrah sepenuhnya ( berserah secara total kepada Tuhan )
Dalam Mazmur 8:3, “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kau letakkan dasar kekuatan karena lawanMu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam”.
Berbicara tentang 'bayi', kita dapat tarik pelajaran dari kehidupan bayi-bayi, ternyata bayi itu dalam hidupnya pasrah sepenuhnya kepada orang tuanya, jadi kelangsungan hidupnya sepenuhnya tergantung kepada orang tua yang merawatnya. Entahkah itu pada saat bayi makan, minum, mandi, dengan cara apapun ia hanya diam dan pasrah kepada orang tuanya, tidak ada tindakan melawan atau berontak tanda tidak setuju.
Demikianlah hendaknya kehidupan kita didalam kita mengiring akan Tuhan. Kita harus pasrah total kepada Tuhan yang berkuasa memelihara orang-orang percaya. Apapun yang Tuhan sedang dan akan kerjakan dalam hidup kita, seharusnya kita menerima dan jangan kita melawan dan berontak terhadap cara kerja Tuhan. Kita harus sadari bahwa setiap rencana dan kehendak Tuhan adalah yang terbaik bagi masing-masing kita.

Didalam sikap pasrah inipun harus diertai dengan ucapan syukur yang lahir dari hati yang tulus. Kita dapat mengambil contoh di dalam 2 Tawarikh 20:1-30. Ayat-ayat ini menjelaskan tentang kemenangan bangsa Yehuda dalam peperangan melawan orang-orang Moab dan Amon. Latar belakang bangsa Amon dan Moab adalah keturunan dari Lot, hasil dari perzinahan atau hawa nafsu anak-anak perempuannya terhadap Lot, Ayahnya sendiri.

Pada suatu ketika bangsa Amon dan Moab menyerang bangsa Yehuda dibawah pimpinan raja Yosafat, sehingga Yosafat menjadi takut (2 Tawarikh 20:3). Walau dalam keadaan takut, raja Yosafat mengambil keputusan atau tindakan yang tepat yaitu dia mencari Tuhan untuk memohon pertolongan dari Tuhan. Dalam keadaan seperti itu, raja Yosafat menyerukan kepada seluruh bangsa Yehuda untuk berdoa dan berpuasa. Mereka berserah atau pasrah kepada Tuhan dengan sepenuhnya, tidak mengandalkan kekuatan mereka sendiri sehingga Tuhan memberikan kemenangan dan kelepasan kepada mereka.
Jadi jika kita mau berserah atau pasrah total kepada Tuhan pada saat mengalami masalah seberat apapun atau tantangan, kesukaran sesulit apapun, maka Tuhan akan memberikan kekuatan, ketegaran, bahkan kemenangan dan kelepasan kepada kita. Tidak ada perkara yang mustahil di dalam Dia.

2.      Melekat sungguh kepada Tuhan
Dalam Mazmur 91:14-15, “Sungguh hatinya melekat kepadaKu…”. Dari sini kita ketahui bahwa ketika kita sunguh-sungguh melekat kepada Tuhan yaitu kita mau tinggal di dalam Tuhan dan mau melakukan kehendakNya maka Tuhan akan meluputkan kita dari segala bahaya, bahkan akan menjawab seruan permohonan kita. Bandingkan dengan Yohanes 15:5, Yesus adalah Pokok Anggur dan kita adalah ranting-rantingnya. Seperti halnya dengan ranting tidak dapat berbuah dan tidak dapat berbuat apa-apa jika diluar dari Pokok Anggur itu, demikian pula halnya dengan keberadaan kita. Jika kita jauh dari Tuhan (di luar Tuhan), maka kita tidak dapat berbuat apa-apa.
Dalam Roma 8:35, “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?” Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari Yesus, jika kita benar-benar melekat denganNya, bahkan ketika kita merasakan penderitaan, Tuhanpun akan turut merasakannya (Kisah Para Rasul 9:4-5). Sama halnya dengan perangko harus melekat kuat dengan surat agar sampai kepada tujuan, demikian pula halnya dengan hidup kita, kita harus melekat sungguh dengan Tuhan Yesus, agar kita mencapai tujuan akhir hidup kita.

Jadilah anak Tuhan yang mempunyai penyerahan yang sungguh dan hidup melekat erat dengan Tuhan, maka kekuatan, ketegaran, kelapasan, dan kemenangan akan menjadi bagian hidup kita, sekalipun kita diperhadapkan dengan banyak tantangan. Kita harus sadari segala sesuatu terjadi dalam sepengetahuan Tuhan, Ia tidak akan membiarkan kita, dan tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya kepadaNYa. Puji Tuhan, Tuhan Yesus memberkati kita sekalian!